PANGKALAN BUN - Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F. Henry Bambang Soelistyo menyaksikan langsung penyelaman upaya pengangkatan badan pesawat QZ8501 yang hingga Jumat (16/1) belum membuahkan hasil.
Penyelaman tidak bisa mencapai dasar Selat Karimata. Kendala itu memaksa Basarnas menyiapkan opsi baru untuk operasi tersebut. Penyelaman mulai dilakukan pukul 06.00 melalui kapal KRI Banda Aceh. Di permukaan laut, kondisi cuaca relatif normal. Namun, tidak demikian halnya di bawah permukaan air laut. "Kecepatan arusnya mencapai 5 knot," kata Soelistiyo. Akibatnya, penyelam sempat terseret arus hingga 100 meter. Upaya penyelaman menuju dasar laut pun dibatalkan. Tim gagal memastikan apakah ada jenazah atau tidak di dalam badan pesawat. Gagalnya penyelaman membuat Soelistiyo memeras otak. Dia mengajukan tiga pilihan untuk mengangkat puing (bodi, diduga kokpit, dan mesin pesawat) di dasar laut. Pertama, menggunakan cara yang sama dengan pengangkatan ekor pesawat. Artinya, Basarnas kembali melibatkan TNI-AL untuk menyelam ke bawah. Soelistiyo mengaku sudah berkoordinasi dengan panglima TNI untuk opsi tersebut. Kedua, meminta bantuan pemerintah kabupaten setempat, yaitu Kota Waringin Barat, untuk mempersiapkan ponton dan crane. Alat tersebut akan digerakkan ke tengah laut dan menarik badan pesawat. Pelaksanaannya dibantu penyelam tradisional di sekitar Teluk Kumai. Ketiga, Soelistiyo segera mendatangkan balon tambahan dari Batam. Distribusi balon tersebut butuh waktu 12 jam. "Secepatnya kami datangkan," ucapnya. Dia memerinci, ada sembulan titik koordinat yang diduga pecahan pesawat AirAsia QZ8501. Harapannya, dari titik-titik tersebut, semua puing pesawat bisa terangkat. Terutama badan, kokpit, dan mesin pesawat. Soelistiyo meminta semua pihak bersabar. Tim masih bergerak di lapangan. Termasuk tim evakuasi jenazah yang berhasil menemukan satu jasad di wilayah Pulau Sembilan. Karena itu, jumlah jenazah yang ditemukan saat ini mencapai 51 orang. Perinciannya, 48 sudah dikirim ke Surabaya dan 3 lainnya masih dievakuasi dari Pulau Sembilan menuju Kumai. Di tempat terpisah, keluarga korban yang menunggu di crisis center Polda Jatim mendesak Basarnas untuk tetap mengangkat badan pesawat. Kondisi di lapangan yang sulit memang dipahami keluarga korban sebagai kendala berat. Namun, mereka tidak bisa menerima itu sebagai alasan untuk menghentikan operasi harian tersebut. Imam Sampoerna, orang tua korban Donna Putri, menilai, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengangkat badan pesawat tersebut. Jika peralatan tidak memadai, pasti ada negara lain yang bisa membantu dari segi peralatan tersebut. "Kami sangat berharap badan pesawat dan tentu saja jenazah penumpang tetap dicari," ucapnya. (riq/c10/kim)
0 komentar:
Posting Komentar