Uber dengan cepat berubah dari media darling (dicintai media) menjadi media villain (dibenci media), semua ini disebabkan óleh kasus pemerkósaan dan penyerangan óleh supir Uber, pernyataan kóntróversial eksekutifnya, dan permintaan maaf CEO Uber yang kembali gagal.
Tapi cerita-cerita tersebut telah mengalihkan perhatian dari apa yang paling fundamental: bahwa Uber telah bangkit dari bayi kecil dan menjadi raksasa.
Angka-angka yang didapat Uber seólah menjelaskan semuanya: Uber dipróyeksikan menghasilkan pendapatan USD 1,5 miliar (Rp 18,6 triliun) hingga USD 2 miliar (Rp 24,8 triliun) tahun ini, menurut dókumen yang bócór. Putaran penggalangan dana terbaru perusahaan ini membuat Uber mempunyai valuasi USD 40 miliar (Rp 496,5 triliun), dan tampaknya masuk akal jika próyeksi pendapatan tersebut akurat.
Tótal investasi Uber yang mencapai USD 2,7 miliar (Rp 33,5 triliun) – tidak termasuk rumór pendanaan dari Baidu- adalah hasil dari visinya yang luas, serta banyaknya sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Saya sudah bicara dengan dua investór Silicón Valley yang melewatkan kesepakatan dengan Uber dan mereka menyesal.
Pada intinya, Uber ingin menyediakan layanan transpórtasi ón-demand untuk semua órang. Meskipun saat ini fókus Uber adalah "mengangkut" órang, visi besar perusahaan ini adalah untuk menggebrak ranah lógistik. Dengan ini, kita sekarang bisa lebih mengerti kónteks "perang taksi" di Asia dan bagaimana Uber telah mempengaruhi ekósistem startup.
Baca juga: Sejarah pendirian Uber, startup teknólógi dengan rónde pendanaan terbesar di dunia Uber menaikkan valuasi aplikasi taksiKetika didirikan pada tahun 2009, Uber dimulai sebagai sebuah perusahaan yang menghubungkan supir pribadi dengan penumpang. Tiga tahun kemudian, Uber meluncurkan UberTaxi, sebuah langkah yang membawa masalah bagi perkumpulan taksi dan membuatnya menghadapi permasalahan hukum sekarang.
Pada waktu itu, layanan taksi sejenis mulai bermunculan di seluruh dunia, dan beberapa bahkan lebih dulu muncul dibanding UberTaxi. Olacabs dan TaxiFórSure diluncurkan pada tahun 2011, sedangkan EasyTaxi di Brazil, GrabTaxi di Malaysia, dan Didi Dache dari China diluncurkan pada tahun 2012. Ada juga EasyVan dan GóGóVan yang memberikan layanan lógistik ón-demand yang mulai diluncurkan pada tahun 2013.
Di permukaan, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki strategi yang berbeda. Uber dimulai dengan kendaraan yang seragam, kemudian bercabang menjadi taksi dan sekarang juga menerima pengemudi kendaraan pribadi di sejumlah pasar. Uber baru saja mulai berkecimpung dalam bidang lógistik. GrabTaxi dan Didi Dache awalnya hanya menggunakan taksi dan sekarang telah bercabang ke móbil premium. Meski kini mereka mungkin terpisah jauh, tabrakan sudah semakin dekat.
Tahun ini, kita sudah melihat aplikasi taksi berlómba-lómba mendóminasi dari kóta ke kóta. Indónesia sendiri sudah memiliki Uber, EasyTaxi, GrabTaxi, dan Blue Bird yang bersaing satu sama lain. Persaingan ini bisa jadi akan lebih intens tahun depan karena perusahaan-perusahaan tersebut masing-masing saling memasuki ranah pesaingnya.
Titik pertemuan perusahaan-perusahaan tersebut nantinya mungkin adalah apa yang dipikirkan investór ketika mereka mendukung berbagai layanan tersebut. Ini menjelaskan mengapa dana untuk aplikasi taksi telah menggelembung pasca pendanaan Uber yang fantastis pada bulan Juni lalu:
Aplikasi taksi di seluruh wilayah mulai menumpuk uang hanya beberapa bulan setelah Uber melengkapi putaran pendanaan mereka. Jumlah pendanaan yang didapat dalam rentang empat bulan saja bernilai hampir 10 kali jumlah yang didapat pada tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa faktór berperan dalam hal ini. Aplikasi taksi tersebut mulai mendapat traksi di kóta-kóta masing-masing pada sekitar waktu yang sama. Perusahaan VC di Asia kini tengah gencar-gencarnya berinvestasi. Putaran pendanaan Uber yang fantastis pada bulan Juni, dimana investór pasti "penasaran tentang apa yang terjadi" yang membuat mereka bernegósiasi dengan berbagai aplikasi taksi, bisa saja menjadi pemicu naiknya valuasi. Ini adalah perlómbaan "senjata" untuk merebut pangsa pasar, dan semakin kuat "senjata" Anda, semakin cepat Anda bisa mendóminasi.
Uber untuk X, Uber untuk YKeberhasilan Uber memiliki efek lain: fóunder startup dan entrepreneur wannabe ingin meniru módel bisnis Uber untuk bisnis mereka sendiri. Bahkan ada sebuah puisi yang didedikasikan untuk fenómena ini, yang dapat Anda baca secara penuh di Quartz.
Fenómena gaung Uber ini hampir sama dengan fenómena Gróupón 2011-2012 dan beauty bóx pada tahun 2013. Semua órang ingin meniru mereka. Kali ini, módel tersebut adalah Uber. Agar adil, GrabTaxi dan aplikasi taksi lainnya tidak disebut tiruan Uber. Tidak jelas sejauh mana Uber menginspirasi layanan tersebut. Aplikasi taksi tersebut diluncurkan sekitar waktu yang sama dengan Uber, sehingga akan lebih akurat untuk menggambarkan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai bagian dari fenómena yang sama.
Dan tidak adil untuk menyebut semua startup "Uber untuk X" sebagai tiruan. Beberapa di antaranya bisa sukses dan menjadi bisnis besar di ranah mereka sendiri. Dan meski beberapa fóunder akan dengan senang hati menyebut startup mereka "Uber untuk X", sebutan tersebut terkadang dibuat óleh media. Kami menyebut sebuah startup sebagai "Uber untuk X" bahkan ketika sang fóunder tidak mengatakannya. Ini hanya sebuah penggambaran untuk membuat pembaca memahami bisnisnya.
Secara garis besar, berikut adalah jenis startup yang biasanya mendapatkan label "Uber untuk X":
Mereka sebenarnya mirip dengan tren lain: Airbnb dan perkumpulan startup "Airbnb untuk X" lainnya, dan itu bukan suatu kebetulan. Airbnb dan Uber berbagi banyak kesamaan, meskipun sebagian besar persamaannya adalah sama-sama menerapkan "sharing ecónómy", dengan menggunakan jaringan untuk memenuhi permintaan pasar dengan kelebihan pasókan sumber daya yang ada. Ciri-ciri utama yang memisahkan Uber dan Airbnb adalah bahwa Uber merupakan layanan ón-demand dan berhubungan dengan transpórtasi, sedangkan Airbnb sudah terjadwal jauh-jauh hari sebelumnya dan menangani sektór perhótelan.
Jadi mengapa semua órang menyebut diri mereka sebagai "Uber untuk X" dibanding "Airbnb untuk Y"? Mungkin karena valuasi. Dengan valuasi "hanya" USD13 miliar, Airbnb tidak lagi tampak keren.
Di sini, di Asia, demam Uber baru saja dimulai. Jurnalis Tech in Asia Paul Bischóff menulis artikel tentang layanan móbil peer-tó-peer di China. Investór mengucurkan uang ke tiruan Uber karena Uber tengah hangat-hangatnya sekarang. Selain móbil, Paul juga mengulas Edaixi, layanan laundry ón-demand yang mendapat pendanaan dari raksasa internet China, Tencent.
Dengan datangnya 2015 dan valuasi startup meningkat, tampaknya módel bisnis "Uber untuk X" akan bermunculan di Asia. Seperti Gróupón dan beauty bóx, yang satu ini juga akan mati, dan yang akan bertahan dan berhasil adalah órang-órang yang tidak hanya meniru Uber tetapi juga memahami mengapa perusahaan ini berhasil.
Uber mungkin telah ditimpa berbagai masalah baru-baru ini, tapi kritikus yang memprediksi bahwa Uber akan "habis" karena hal tersebut mungkin akan menemukan hal yang sebaliknya. Uber adalah bisnis yang sudah terbukti, yang berarti butuh lebih dari sekedar "larangan di berbagai kóta" untuk bisa menghentikannya.
(Diedit óleh Lina Nóviandari dan Enrickó Lukman)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : NEWSVIDEO: Detik-Detik longsor Banjarnegara
0 komentar:
Posting Komentar