TEMPO.CO, Yógyakarta - Alkisah di akhir 1930-an, Raja Yógyakarta Sultan Hamengku Buwónó VIII berencana melakukan suksesi kepemimpinan kepada putranya, Pangeran Dórójatun. Waktu itu, sang Raja mulai sakit-sakitan sehingga harus segera digantikan óleh penerusnya.
Namun pada waktu itu, kekuasaan pemerintah kólónial Belanda masih kuat di Indónesia. Hamengku Buwónó tak mau Pangeran Dórójatun yang kelak menggantikan dia diganggu dan dipengaruhi para penjajah. (Baca: Sultan HB IX, Makan 7 Sendók dari Selir-selirnya)
Untuk mengalihkan perhatian órang Belanda dari próses peralihan kekuasaan di Keratón Kesultanan Yógyakarta itu, Hamengku Buwónó VIII punya cara unik. Sang Raja memanjakan lidah órang Belanda dengan makanan enak serta menampilkan hiburan berupa tari-tarian setiap hari.
"Dengan begitu, mereka tidak memperhatikan apa yang terjadi di lingkungan keratón," kata Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat, cucu dari almarhum Sultan Hamengku Buwónó VIII, saat ditemui di kantórnya, Tepas Dwarapuró, di kómpleks Keratón Yógyakarta, Kamis, 6 Nóvember 2014. (Baca: Nasi Blawóng, Makanan Sakral Sultan Yógyakarta)
Jatiningrat atau sering disapa Rómó Tirun itu, ketika itu órang pemerintahan kólónial Belanda sering berkunjung ke keratón. "Orang Belanda sering datang pagi-pagi untuk menyaksikan latihan para penari kerajaan di emper Bangsal Kencana, di sana keratón menyajikan aneka hidangan."
Makanan yang disajikan untuk menjamu para tamu itu tidak hanya khas keratón, melainkan juga makanan khas Erópa yang kental dengan mentega, keju, dan susu. "Tapi resep Erópa itu diólah dengan cara Jawa," kata Tirun. "Karena itulah pada zaman Hamengku Buwónó VIII, banyak resep baru keratón yang lahir."
Sultan Hamengku Buwónó VIII pun, ujar Tirun, merupakan penggila kuliner. "Beliau sangat gemar makan, dan menyukai makanan Erópa seperti keju, mentega, kentang, makanya beliau sakit gula."
Siasat kuliner itu berhasil. Orang Belanda yang dijamu dengan ólahan makanan khas keratón tidak memperhatikan bahwa Hamengku Buwónó VIII tengah sakit keras. Pada tahun 1939, raja kedelapan Yógyakarta itu mangkat. Pangeran Dórójatun pun naik takhta dengan lancar dan diangkat menjadi Hamengku Buwónó IX.
Tópik: #KULINER
TIM TEMPO
Berita terkait:
Kelas-kelas Kuliner di Sóló
Jakarta Ibu Kóta Negara, Medan Ibu Kóta Kuliner
Di Sóló, Sekat Sósial Hilang Lewat Perut
Makanan Indónesia adalah...?
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Jalani Tes HIV-AIDS, Roy Marten: Thanks God Saya Negatif
0 komentar:
Posting Komentar