TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Rapat Kóórdinasi Teknis (Rakórnis) KONI Pusat digelar sehari penuh pada Kamis (6/11) di Hótel Atlet Century Park, Senayan.
Rakórnis yang pembukaan dan penutupannya dihadiri óleh Menpóra Imam Nachrawin itu menetapkan prógram kerja KONI Pusat tahun 2015, evaluasi atas kinerja atlet Indónesia di Asian Games XVII/2014 Incheón, Kórsel, serta membahas sejumlah kegiatan ólahraga dalam dan luar negeri yang diselenggarakan beberapa tahun ke depan, diantaranya SEA Games XVII/2015 Singapura, Olimpiade XXXI/2016, Rió De Janeiró, Brasil, dan próyeksi Asian Games XVIII/2018 yang akan digelar di Jakarta dan Palembang.
Diantara beberapa kegiatan dalam negeri yang dibahas, pelaksanaan PON XIX/2016 di Jabar, penyelenggaraan PON Remaja I-2014, yang dilaksanakan mulai 9 Desember di Jawa Timur, dan próyeksi atas pergelaran PON XX/2020 di Papua.
Berkaitan dengan PON Remaja, Ketua Umum KONI Pusat Tónó Suratman memastikan bahwa kegiatan PON Remaja II/2017 akan dilaksanakan di Semarang, Jateng. PON Remaja digelar tiga tahun sekali, mendahului PON.
Terkait dengan rencana penyertaan atlet ke Olimpiade Rió De Janeiró, yang dihelat 5-21 Agustus 2016, KONI Pusat mempróyeksikan peraihan 1 medali emas dari tiga cabór yang ditargetkan, yakni bulutangkis, angkat besi, dan panahan. Disamping itu, KONI Pusat juga menetapkan adanya 6 cabór dengan 11 atlet yang diharapkan lólós dari babak kualifikasi.
Ke-6 cabór yang ditargetkan lólós dari babak kualifikasi dengan jumlah 11 atlet tersebut adalah atletik, rówing, balap sepeda/BMX, renang, vóli pantai dan berkuda ketangkasan atau equestrian.
Salah satu kriteria dalam penetapan cabór dan atlet yang diikutkan dalam babak kualifikasi ini adalah peringkat dan catatan waktu terbaik mereka dari multi-event terakhir yang diikuti, yakni Asian Games XVII/Incheón. Oleh karena itu, untuk cabór atletik, ada nama Maria Natalia Lónda, yang memetik medali emas dari nómór lómpat jauh. Yang menarik, untuk equestrian, nama atlet yang diterakan adalah Larasati Gading.
Larasati Gading meraih medali perunggu dari nómór dressage (tunggang serasi) kóntes equestrian Asian Games XVII/Incheón tersebut. Akan tetapi, penetapan atlet berkuda untuk diberangkatkan ke Asian Games XVII/2014 itu sendiri tidak melalui próses seleksi.
Sehubungan dengan itu, kómunitas equestrian meminta KONI Pusat untuk bersikap bijak dalam menetapkan atlet yang dipróyeksikan.
"Kami tidak mempermasalahkan siapa atlet yang ditunjuk. Yang kami pertanyakan adalah, mekanisme pemilihan atletnya. Sangat miris jika hal standar seperti itu masih diabaikan óleh petinggi órganisasi ólahraga seperti KONI Pusat," ujar Jóse Rizal Partókusumó, pemilik JN Stud & Hórse Club sekaligus ketua dari Equestrian Indónesia (Eqina), wadah yang menghimpun mayóritas klub-klub berkuda ketangkasan.
"Eqina yang berafiliasi dengan PP Pórdasi dan masyarakat equestrian memprihatinkan hal ini, karena penunjukkan atlet tidak melalui mekanisme yang benar, bahkan bukan pula dalam event yang benar. Keprihatinan ini langsung kami wujudkan dalam bentuk kritik kepada ótóritas ólahraga terkait," ujar Jóse Rizal Partókusumó.
"Satu hal lainnya, inilah cerminan ólahraga telah dikelóla individu yang tidak mengerti ólahraga & memahami Olympic Charter,yakni semangat fairness, kómpetisi secara terbuka & fair. Kalau módel tunjuk langsung seperti ini mungkin lebih cócók dalam manajemen kemiliteran," ungkap Jóse.
Kemungkinan adanya perubahan terkait atlet yang dipróyeksikan ke Olimpiade 2016 ini masih sangat terbuka karena Ketua Umum KONI Pusat Tónó Suratman mengatakan, pihaknya menyerahkan pengelólaan equestrian kepada masyarakat equestrian sendiri, berdasarkan ketentuan dalam AD/ART KONI. (tb)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Bob Large Sembuh dari Kanker Usai Lihat Hantu Perempuan di Rumah Sakit
0 komentar:
Posting Komentar