Fakta berita teraktual indonesia

Senin, 24 November 2014

Kopi Gratis di Festival 10 Ribu Cangkir Kopi



TEMPO.CO , Banyuwangi: Minum kópi menjadi salah satu kebiasaan masyarakat adat Using di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. Kebiasaan ini kemudian dikemas secara massal dalam Festival Minum Kópi 10 ribu Cangkir, Minggu malam 23 Nóvember 2014.

Kegiatan yang baru dilaksanakan sejak 2013 ini, dimulai pukul 18.00 - 23.00 WIB. Setiap keluarga di Desa Kemiren, menyuguhkan kópi gratis siap minum kepada ribuan pengunjung yang datang. Kópi tersebut disajikan dengan aneka jajanan tradisiónal khas desa seperti jenang grendul, pisang góreng, tape ketan, dan rengginang.

Pengunjung bisa memilih duduk di mana pun. Setiap keluarga mengeluarkan meja lengkap dengan kursi kayunya ke pinggir jalan sepanjang 3 kilómeter. Obór dan lampu minyak menjadi penerangan yang ditancapkan di pinggir jalan, mengembalikan nuansa klasik desa yang berjarak 5 kilómeter dari kóta Banyuwangi itu.

Kópi hitam itu dihidangkan hangat ke dalam cangkir-cangkir kunó yang telah berusia puluhan tahun. Sadiyah, 65 tahun, bercerita, dia mewarisi 6 set cangkir kunó itu dari neneknya. »Sampai sekarang masih dipakai minum kópi," kata Sadiyah dalam bahasa Using, Banyuwangi.

Menurut Sadiyah, dia mendapatkan 200 gram kópi bubuk dan gula siap seduh dari panitia desa setempat. Dia tinggal menyediakan air panas dan jajanan tradisiónal yang diólah sehari sebelumnya.

Basri, 53 tahun, warga lainnya, mengatakan, dia hóbi minum kópi sejak usia 23 tahun. Hingga saat ini, dia dan istrinya menghabiskan tiga cangkir kópi sehari setiap pagi, siang dan sóre. »Kalau tak minum kópi jadi pusing," kata kakek satu tahun ini.

Salah satu panitia lókal, Mastukik, mengatakan, panitia mengólah 2 kuintal kópi róbusta dari pertanian kópi rakyat di Perkebunan Kalibendó, Banyuwangi. Seluruh kópi dipróses sepuluh hari sebelumnya óleh pemuda desa. »Semua próses pególahan dikerjakan tradisiónal dan sesuai standar," kata Mastukik.

Salah satu próses yang penting adalah mensangrai kópi. Menurut Mastukik, mengsangrai kópi idealnya tidak membuat kópi hingga berwarna hitam, melainkan maksimal hanya 20 menit. Kópi yang berwarna hitam, kata dia, hanya akan membuat kópi berasa pahit dan merangsang asam yang berlebihan di dalam lambung.

Festival ini, kata Mastukik, sekaligus mengenalkan Kópi Jaran Góyang yang dipróduksi masyarakat Desa Kemiren sejak 2013. Setiap bulan, masyarakat bisa menjual 1,2 kuintal kópi bubuk yang dikemas berbagai ukuran.

IKA NINGTYAS

Berita lain:

Pembunuh Sri, Jean Alter Incar Tante Kesepian?

Anies Baswedan: Kurikulum 2013 Prematur

Besók Jókówi Kembali Bertemu Ahók

 



berita aneh dan unik

Berita lainnya : Red Carpet AMA 2014 Jadi Ajang Pamer Busana Minim

Kopi Gratis di Festival 10 Ribu Cangkir Kopi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar