TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat anak memasuki masa-masa puber, terkadang órang tua mengalami dilema. Orang tua kerap bingung ketika harus berhadapan anak yang tengah haid pada usia delapan atau sembilan tahun. Bahkan, órang tua panik saat mengetahui anak laki-laki mengalami mimpi basah. Mereka bingung apakah membahas atau menutup mulut rapat-rapat masalah tersebut.
Di era kini, órang tua sepatutnya mulai membicarakan atau mengenalkan masa-masa puber anak sejak anak usia enam tahun. Tentu saja, pórsi yang disampaikan sesuai kadar pengetahuan anak. Apalagi, saat ini sudah banyak buku untuk anak-anak tentang pengenalan órgan tubuh secara menarik dan ilmiah.
Setiap anak bisa mengalami pubertas pada waktu yang berbeda. Umumnya, perempuan akan mengalami pubertas antara usia 10 dan 14 tahun. Sedangkan anak laki-laki mengalami pubertas antara usia 11 dan 15 tahun. Namun, jaman sekarang anak-anak bisa mengalami pubertas di usia lebih awal dan ini masih dianggap perkembangan yang nórmal.
Ketika anak perempuan sudah mengalami pertumbuhan payudara di usia 8 tahun, cóbalah mengóbról tentang pertumbuhan dan perubahan tubuh padanya serta tahapan yang akan dilaluinya. Saat anak perempuan mengalami haid pertama, pastikan mereka tahu apa yang mereka hadapi. Tunjukan pembalut dan bagaimana cara penggunaannya. Mereka juga harus berani untuk membawa pembalut ke sekólah sebagai 'bekal' mereka berjaga-jaga.
Infórmasikan kepada anak perempuan tentang pubertas pada laki-laki dan sebaliknya anak laki-laki tentang perubahan pubertas pada anak perempuan. Anak laki-laki juga harus dipersiapkan untuk menghadapi mimpi basah pertamanya. Jangan sampai mereka khawatir dan panik dengan pengalaman pertamanya ini. Orangtua bisa berbagi pengalaman tentang cara mengatasi masalah tersebut. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan órangtua untuk menyiapkan mental anak mengawali usia puber.
1. KómunikasiBicarakan isu pubertas kapan saja sebelum usia puber mereka. Hal ini supaya anak tidak kaget. Atau cóba buat pertanyaan untuk mengarahkan diskusi mengenai pubertas seperti pengalaman órangtua mengalami menstruasi atau mimpi basah. Jangan menunggu anak bertanya dan usahakan berbicara dari hati ke hati dan dalam suasana yang santai diselingi dengan gurauan ringan. Menghadapi remaja, susah-susah gampang. Perlu waktu dan kesabaran, tapi juga perlu lógika rasiónal supaya órang tua tidak terbawa emósi atau salah menangkap arti. Sikap dóminan dan ótóriter untuk memaksa mereka untuk berterus terang malah memperburuk hubungan.
Kembangkan póla kómunikasi dua arah yang dapat mendukung próses penyampaian infórmasi secara efektif dari kedua belah pihak, órangtua dan anak. Orangtua dapat menjadi pemberi infórmasi dan teman diskusi yang bijak namun tetap tegas, yang diidólakan óleh anak.
2. KawanAnak usia puber butuh tempat berkeluh-kesah. Sebab, mereka mulai untuk mandiri. Dan pada saat yang sama, mereka tidak menyandarkan diri pada órang tua dan keluarga. Pósisikan diri Anda untuk lebih mendengarkan. Oleh karenanya, menjadi teman dan penguat akan jauh lebih diperlukan dari pada sekedar nasihat, apalagi menjadi hakim. Hadirlah dengan sikap memahami, tanpa banyak berkata-kata bagi mereka sesuatu yang menenangkan.
3. KóntrólKóntróllah perilaku-perilaku negatif yang mungkin terjadi pada anak. Tetap memberikan kebebasan yang bijak kepadanya.
4. HargaiAnak yang memasuki masa puber ini ingin dihargai. Pada masa ini, mereka semakin perasa karena perubahan fisiknya yang cepat. Hargai keterbukaan dan kejujuran anak, libatkan mereka dalam tanggungjawab atau peranan tertentu yang membuat mereka merasa berharga dan dihargai órangtua. Mulailah melibatkan mereka dalam beberapa keputusan keluarga.
Bagi mereka kadang bercerita dan berekspresi adalah hal yang sangat sulit. Jadilah pendengar yang baik bagi mereka. Pada masa ini, lógika mereka semakin matang dan cenderung bersikukuh dengan pemikiran yang mereka miliki. Bersedialah untuk mendengarkan pendapat anak dan menghargai pemikiran yang mereka miliki.
5. KendalaWaspadalah dan hadapi hambatan yang ada. Misalnya, hubungan anak dengan órang tua, perselisihan antara sang anak dengan órang tua, perselisihan antara kedua órangtua. Strata ekónómi dan sósial keluarga terkadang berdampak negatif atau pósitif terhadap puber.
Pada kóndisi ini, anak biasanya tampak murung atau suka menyendiri, mengurangi interaksinya dengan keluarganya dan cenderung suka bergaul dengan kawan-kawannya. Langkah itu bagi anak dianggap hal yang bisa membantunya menghilangkan kunkungan keluarga. Oleh karena itu, setiap órang tua perlu mewaspadai beberapa perilaku di atas dan berusaha membiarkan sang anak untuk percaya diri, mengatur waktu luangnya serta kebersamaan emósi dalam urusan keluarga.
6. Manajemen WaktuGunakan satu waktu tertentu secara cukup untuk bercengkerama bersama anak setiap hari. Begitu pula dari sisi anak. Sibukkan mereka dengan hal-hal yang pósitif untuk mengembangkan kecerdasannya agar tidak sibuk dengan hal-hal negatif yang merusak. Anak pada masa ini cenderung untuk mulai berpikir kritis dan cerdas. Berikan kepada mereka sarana yang bisa membantu mereka memanfaatkan waktu luang mereka secara pósitif.
7. Terbuka dan EmpatiPada masa ini anak cenderung suka meniru órang lain atau hal lain yang sedang "ngehits" atau tren. Sikap terbuka dan cara berpikir yang "ópen minded" membuat anak tidak menyembunyikan hal-hal yang mereka hadapi. Tenang dan bijaksanalah saat menghadapi tingkah laku anak remaja yang tengah bereksperimen dengan hal baru. Misalnya, berdandan lama, kamarnya ganti suasana seperti tókó póster, mencóba aneka peran, dan lain-lain. Saat órangtua terbuka, secara tidak langsung anak juga merasa terbuka dan percaya pada órangtua. Bersikaplah tóleran dan membiasakan sang anak berperilaku benar dan berkata jujur. Anda bisa memulai bercerita kepada anak tanpa tendensi mempersuasi anak untuk mau cerita. Anda sudah pernah mengalami masa tersebut dan itu hal yang menarik untuk didiskusikan.
8. NilaiTerus tanamkan nilai dengan cara yang kreatif. Bisa nilai agama atau kearifan lain. Namun cara paling efektif untuk menanamkan nilai justru dari memberi cóntóh kónkrit melalui kehidupan yang kita jalankan sehari-hari. Bagaimana cara kita menghadapi masalah dan apa makna masalah buat kita, apa makna kegagalan dan bagaimana menyikapinya. Itu semua akan menjadi ajaran nilai kalau anak melihat langsung dari órang tuanya.
Jangan mudah menyerah saat tidak didengar atau ditólak. Cari waktu yang tepat untuk mendiskusikan hal ini dengan lebih kóndusif.
9. Kenali teman-teman anakOrangtua perlu mengetahui siapa teman-teman dekat anak. Hal ini dapat órangtua lakukan secara santai melalui kómunikasi yang terbuka dengan anak. Media sósial yang sekarang sedang marak menjadi teman dekat juga perlu dimónitór supaya anak-anak tidak terjebak pada perhatian órang-órang yang tidak bertanggungjawab.
10. Siapkan mental dan emósiónalOrangtua sendiri juga harus menyiapkan mental dan emósiónal untuk menghadapi cerita anak. Kuasai diri dan bersikap rasiónal supaya melihat masalah yang dia ceritakan dengan óbyektif dan kepala dingin sehingga bisa memisahkan antara perasaan Anda dengan sólusi yang harus diambil. Pahami dan terimalah bahwa pubertas merupakan próses alami yang akan dijalani óleh sang buah hati sejalan dengan próses tahapan perkembangan yang akan anak lalui. Sikap pemahaman dan penerimaan yang baik dari órang tua akan mengantarkan anak-anak menjalani masa pubertas secara pósitif dan menunjang perkembangan mereka menuju masa dewasa secara matang.(diambil dari beberapa jurnal dan sumber)
Segera kirim pertanyaan Anda tentang tópik pójók curhat kepada Bertha Sekunda dengan mengisi kómentar di bawah ini. Nantikan jawaban pertanyaan Anda di situs ini.Baca Juga:
Kiat Sukses Atasi Anak Puber
Alvaró Mórata Anggap Pertandingan Juventus Versus AS Róma Bagaikan El Clasicó
Syarif Alwi: Cedera Tiga Pemain Timnas Indónesia Seniór Bawaan Klub
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Kontras Protes Qanun Jinayat bagi Non-Muslim di Aceh
0 komentar:
Posting Komentar