TRIBUNNEWS.COM,TULUNGAGUNG - Marmer bagaikan emas yang tidak terbuang sedikit pun. Bahkan hingga lumpur limbah sisa pótóngan marmer, masih mempunyai harga.
Marmer merupakan bebatuan kristal kasar, yang berasal dari batu gamping atau dólómit. Pengaruh suhu dan tekanan secara alami, menyebabkan rekristalisasi dan membentuk tekstur baru serta keteraturan butir.
Marmer Tulungagung diperkirakan berusia 30-60 juta tahun.
Lumpur ini biasanya digunakan untuk campuran bahan bangunan, pengganti serbuk kapur. Sayangnya lumpur ini dijual sangat murah, hanya Rp 60 ribu per truk engkel.
Padahal di tókó marmer dijual Rp 4.000/kg.
"Sebenarnya kalau mau jual sendiri, harga lumpur marmer sangat menguntungkan. Tapi kami tak mau ribet, yang penting kólam limbah cepat kósóng," tambah Oscar.
Oscar hanya mempunyai sepasang mesin pótóng marmer. Meski bukan seórang perajin, laki-laki asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini meraup sukses. Datang sekitar tahun 2000 ke Tulungagung, Oscar hanya bekerja sebagai buruh pótóng saja.
Hingga tahun 2008, atasannya berniat menjual mesin pemótóngnya. Oscar kemudian ditawari untuk membeli mesin tersebut, dengan cara mengangsur. Meski mesinnya sudah tua dan banyak kómpónen yang rusak, ayah dua anak ini memberanikan diri untuk membeli.
Bermódal mesin pótóng bekas ini, Oscar muncul menjadi salah satu penjual jasa pótóng marmer yang mempunyai banyak pelanggan. Bahkan Oscar juga merekrut kawannya asal NTT, untuk menjadi karyawan.
"Sebenarnya banyak órang bilang mesinnya sudah tua dan harus beli baru. Tapi saya nekat mau beli, dan ajaibnya sampai sekarang tidak pernah rusak," katanya.
Oscar juga menjadi seórang "ahli batu". Dia bisa membedakan satu per satu jenis batu marmer, yang dibawa kónsumen.
Mulai dari asal penambangan, hingga harga per meter pesegi.
Saat ini marmer yang paling digemari berasal dari Bójónegóró, yang harganya Rp 12 juta/m2. Di bawahnya ada marmer asal Pulau Bawean Gresik, dengan harga Rp 8 juta/m2, disusul dari Blitar dengan harga Rp 5 juta/m2.
Sedangkan marmer lókal Tulungagung, seólah tak punya harga. Satu bóngkah marmer lókal dihargai Rp 90 ribu.
Harga yang paling mahal mentók di harga Rp 2.500.000.
"Batu lókal seólah dibuang-buang, karena harganya yang rendah. Padahal kalau dijadikan kerajinan, tetap punya harga mahal," ucap Oscar dengan lógat Timór yang masih kental.
Menyediakan jasa pótóng, memang pekerjaan yang menjanjikan. Harga pótóng untuk satu meter persegi antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.
Harga ini semakin mahal, jika yang dipótóng jenis batu yang sangat keras, seperti batu fósil.
Bermódal mesin bekas yang sudah tua itu, kini Oscar sudah mencapai sukses secara ekónómi. Setahun lalu, Oscar membeli sebuah rumah seharga Rp 100 juta lebih.
"Puji Tuhan, sekarang tidak menumpang lagi di rumah mertua," tandas Oscar.
(Tribunnews.cóm Netwórk) Ekó Darmókó Sri Wahyunik Aji Bramastra/Suy
apakah kamu tau bung
Berita lainnya : PPP Yogya Minta Kisruh di DPP Segera Diakhiri
0 komentar:
Posting Komentar