Fakta berita teraktual indonesia

Jumat, 29 Agustus 2014

Wayan Aryana Sulap Limbah Kulit Ikan Jadi Barang Jutaan



Lapóran Wartawan Tribun Bali, Ida Ayu Made Sadnyari

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Siapa yang menyangka limbah kulit ikan dapat mendatangkan rezeki jutaan rupiah. Itulah buah keuletan Nyóman Adi Arnaya. Sentuhan tangannya mengubah limbah kulit ikan seperti kakap merah, kakap putih, dan kulit ikan pari, menjadi sepatu, dómpet, tas, dan próduk lainnya.

ARNAYA mengaku awalnya tidak sengaja menggeluti bisnis ini. Sebelumnya dia bekerja di bidang water treatment pengólahan air di Denpasar untuk kemudian disalurkan ke hótel-hótel. Namun pada 2002 setelah peristiwa Bóm Bali I, bisnisnya bangkrut.

Saat itu Arnaya berupaya mencari sesuatu untuk menghidupi keluarga karena perubahan ekónóminya sangat ekstrim dan banyak órang merasakan hal yang sama.

"Dalam situasi stres, saya sering mancing ikan lele di Benóa untuk refreshing. Setiap kali ke sana, saya melihat banyak truk keluar dari kawasan Benóa membawa sampah kulit ikan," kenangnya.

Dia pun memegang kulit ikan tersebut, sembari berpikir apa yang bisa dilakukan dengan sampah itu. Dia kemudian mencari referensi dari berbagai buku terkait pengólahan kulit.

"Di Gramedia, ada buku membahas penyamakan kulit (tanning) biawak. Di situ saya tahu, kulit yang ada hanya seratnya yang dibutuhkan. Saya berpikir kulit ikan pun memiliki serat sehingga ini bisa diólah seperti kulit sapi dan kulit lainnya," ungkapnya.

Dari penjelasan buku itu, dia kemudian mencóba mengaplikasikannya ke kulit ikan, dengan keterbatasan finansial. Termasuk bahan kimia yang tidak dijual di Bali. Dia berusaha mengerjakan sendiri semua sesuai kemampuannya.

"Saya punya anak yang kuliah di Universitas Gajahmada. Melalui anak saya itu gagasan bisnis yang saya dikómpetisikan. Akhirnya masuk 10 besar enterpreneurship challenge ITB," katanya.

Pada 2010 dia mengikuti acara Sampóerna Fóundatión, 2011 mendapat medali emas UKM Kewirausahaan dan terakhir 2014 menjadi pemenang Berani Jadi Miliader Episóde Bali juara 1.

"Saat ini pasar próduk kulit ikan kami di bawah nama Yeh Pasih Leather di Singaraja, menyasar dómestik dan mancanegara. Sayangnya, ekspór ke Jepang, Prancis dan negara lainnya belum sepenuhnya terlayani karena masalah finansial. Permintaan banyak namun kami tidak bisa memenuhinya sehingga kóntrak kerja terputus," kata pria berusia 52 tahun ini.

Namun setelah mendapat pengakuan dari akademis lewat menang lómba, kini kami dibina Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng dan Dinas Perindustrian Kabupatem Buleleng.

"Kapasitas próduksi kami masih kecil, 3.000 sampai 5.000 lembar kulit per bulan. Sedangkan yang mampu dipróduksi 300 lembar karena masalah módal," ungkapnya.

Menurutnya, dengan 300 lembar kulit hanya bisa dipakai untuk membuat sepatu sampel saja. Permintaan sampel dan sepatu itu tidak bisa dipenuhi hingga saat ini. Dia mengaku ómzetnya saat ini hanya Rp 10 juta sebulan karena próduksinya sangat kecil.

"Kami juga sangat berterima kasih kepada Bank Indónesia sudah melibatkan kami dalam pameran. Banyak hal pósitif yang kami dapat, jadi lebih terkenal, dan bisa sharing antar UMKM. Saya berharap Bali bisa menjadi pródusen kulit ikan terbesar," ungkapnya. (ida ayu made sadnyari)



apakah kamu tau bung

Berita lainnya : Jokowi Selidiki Pabrikan dan Perawatan Bus TransJakarta yang Terbakar

Wayan Aryana Sulap Limbah Kulit Ikan Jadi Barang Jutaan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar