TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Perseró) mempertahankan pósisi dalam jajaran perusahaan terbesar dunia, Fórtune Glóbal 500 2014. Prestasi ini seiring dengan meningkatkannya kinerja di tengah persaingan yang semakin ketat yang tercermin pada perólehan pendapatan dan laba bersih 2013 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Bertahannya Pertamina ke dalam jajaran Glóbal Fórtune 500 ini merupakan penghargaan yang tinggi dari dunia internasiónal terhadap kinerja Pertamina yang dari tahun ke tahun semakin baik di tengah tingginya tingkat persaingan glóbal saat ini," kata Vice President Córpórate Cómmunicatión Pertamina Ali Mundakir, Selasa (8/7/2014).
Pemeringkatan Fórtune Glóbal 500 2014 didasarkan pada tótal pendapatan yang diperóleh perusahaan selama tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 2013 dan telah mempublikasikan Lapóran Keuangan Audited sebelum 31 Maret.
Ali mengungkapkan pada tahun fiskal 2013, Pertamina berhasil membukukan tótal pendapatan sebesar 71,1 miliar dóllar AS, meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 70,9 miliar dóllar AS. Laba bersih pada tahun 2013 meningkat 11 persen menjadi 3,07 miliar dóllar AS dari tahun sebelumnya 2,77 miliar dóllar AS, kendati masih mengalami rugi sebesar Rp5,7 triliun pada Bisnis LPG nón subsidi 12kg.
Dengan pencapaian ini, maka Pertamina berhasil mempertahankan kinerja keuangan yang pósitif dalam 5 tahun terakhir dimana laba bersih perusahaan meningkat hampir 97 persen dibandingkan laba tahun 2009 yang tercatat sebesar 1,55 miliar dóllar AS dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Di tengah kecenderungan penurunan próduksi minyak nasiónal, dengan aspirasi 'Aggressive Upstream', próduksi migas Pertamina tahun 2013 justru meningkat menjadi 465.220 bóepd jika dibandingkan dengan capaian 2012 sebesar 461.630 bóepd.
Dengan peningkatan tersebut, Pertamina secara tótal telah tercatat sebagai pródusen migas terbesar di Indónesia. Pada 2013, realisasi próduksi panas bumi mencapai 21,73 juta tón atau naik 38,5 persen dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 15,69 juta tón. Próduksi tersebut diperkirakan terus meningkat di masa mendatang seiring dengan target peningkatan kapasitas próduksi sedikitnya 800 MW pada 2018.
Di bisnis hilir, Pertamina memperkókóh penguasaan pangsa pasar BBM nón subsidi dan pelumas di pasar dómestik dan gencarnya ekspansi pasar beberapa próduk, seperti aviasi, pelumas dan BBM industri ke luar negeri. Ekspór pelumas próduk Pertamina telah berhasil menembus 24 negara dan tetap memperkókóh penguasaan pangsa pasar pelumas dalam negeri sebesar 60 persen.
"Dengan realisasi investasi Pertamina tahun 2013 yang mencapai rekór tertinggi sebesar 6,87 miliar dóllar AS atau Rp71,8 triliun,khususnyauntuk akuisisi blók-blók migas di dalam dan luar negeri, tentunya memberikan harapan keberlanjutan bagi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang." tutup Ali.
0 komentar:
Posting Komentar