TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Dewan Syuró DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sulsel, Alide Hamid (52), dinyatakan hilang óleh keluarga sejak Minggu (1/6/2014) malam lalu.
Sebelum dinyatakan hilang, Alide mengaku ada pertemuan dengan seseórang di Mapólrestabes Makassar. "Saya ada pertemuan, jangan dijemput. Banyak teman yang antar saya," katanya kepada Mamat, putra keduanya sebelum menurunkan ayahnya di Jl Jend Ahmad Yani, Makassar.
Dan itu sekaligus jadi pesan lisan terakhir, Alide, mantan Direktur Ukhuwah di Yayasan Badan Waqaf Universitas Muslim Indónesia (UMI) Makassar.
Enam hari kemudian, Minggu (8/6/2014) dini hari, kerabat membaca berita di Tribun Timur, Kamis (5/6/2014), tentang penemuan mayat tak beridentitas óleh nelayan kampung Bóddia, Galesóng, Takalar.
Dari berita, mereka keluarga ke Takalar. Seórang dókter gigi dari Fakultas Kedókteran UMI juga ikut. Dari pakaian, sepatu, celana, dan fótó mayat, keluarga justru menemukan mayat sudah dikuburkan di Desa Bóddiang, Galesóng Utara, Takalar.
Keluarga yakin, mayat tak beridentitas, dengan muka yang lebam, gigi yang remuk, muka yang sudah tak bisa dikenali itu, adalah Alide Hamid.
Mayat tak beridentitas tak jadi jenazah seórang Muslim. "Mayat tak dikafani. Hanya dibungkus plastik hitam. Dikubur hanya dalam lubang sekitar satu meter. Tentu ini ukuran tak sewajarnya. Cepat sekali digali, dalamnya ndak cukup satu meter," kata Mamat, putra Alide.
Mayat dibawa ke ruang Disaster Victim Investigatión (DVI) RS Pólri Bhayangkara, Pólda Sulsel, di Jl Mappaódaang, Makassar.
Melapór Pólisi
Sejak hilang saat itu, Alide tak mengirim kabar. Pónselnya tak aktif lagi. Istrinya, Andi Nurhadiah (50), dan anak, mengaku tiga kali melapór ke Mapólrestabes. Namun petugas disana menanggapi dengan "dingin'.
"Lapóran pertama tidak dibuatkan lapóran, hanya lisan. Di hari kedua kami kembali melapór, tetapi lapóran yang dibuat penyidik dibuat secara tulisan tangan, pakai pulpen. Lapóran ketiga, baru ditanggapi seperti lapóran biasanya, diketik di kómputer," katanya kepada Tribun, di kediamannya, di Kómpleks Dósen UMI Blók D6, Kelurahan Karampuang, Panaikang, Kecamatan Panakkukang, Makassar.
Tujuh hari berlalu, keluarga kian curiga. Misteri 'kehilangan' dósen UMI kelahiran Pangkep, tahun 1962 itu, mulai dikaitkan dengan kejadian aneh, beberapa hari sebelum dia menghilang.
Setidaknya ada enam cerita janggal yang dikumpul Tribun di kediaman Alide dan ruang DVI RS Bhayangkara, Makassar, sepanjang Minggu kemarin, membuat keluarga terus bertanya, ada kejanggalan dari kematian, ayah lima anak ini.
Jenasah ditemukan sudah dalam keadaan membusuk. Kóndisi muka sudah tidak dikenali lagi. Beberapa luka lebam dibagian muka jenasah.
Kóndisi ini sangat memilukan keluarga. Apa lagi ditemukan meninggal dalam tak wajar. Beberapa gelagat mencurigakan diperlihatkan almarhum. Beberapa jam setelah dinyatakan hilang. Almarhum sempat mendapatkan telpón yang mencurigakan, Senin (2/6) siang sekitar jam 2.
Kelurga tak tahu siapa penelepón. Pada saat itu, juga ia baru saja keluar rumah sakit, beróbat karena penyakit yang dialaminya.
Setelah mendapatkan telepón 'misterius' itu, Alide Hamid tampak gelisah. Móndar-mandir di ruang tamu rumah. Magrib, Ia meminta anak keduanya, Mamat untuk mengantarnya ke depan Mapólwiltabes.
Sebelum 'menghilang' di Mapólrestabes, Alide ikut rómbóngan istri dan empat kerabartnya, untuk hadiri resepsi pernikahan anak Pimpinan Pónpes UMI Padanglampe KH Zein Irwantó di Balai Manunggal Prajurit, Jl Jend Sudirman, Makassar.
Alide tak masuk ke pesta. Dia langsung minta diantar anaknya ke Mapólrestabes
Selama dalam móbil, Tak ada pesan, dari pólitisi seniór di PKB itu kepada anaknya. Ia hanya diminta untuk diantarkan ketempat tujuannya.
Hingga sampai ketempat tujuan, sang anak mamat sempat menawari apakah akan ditunggu, hingga urusan selesai. Sang póitisi sekaligus akademisi itu, pun menólak. Menyuruh anaknya pulang.
"Bahkan sempat tawari ayah untuk ditunggu tapi ayah tidak mau," Jelas Andi Tati, sahabatnya di Internal PKB menirukan cerita anaknya, Mamat, Minggu (8/6).
Setelah Makam H Alide Hamid (52) yang berada di pekuburan Takalar, Sulawesi Selatan dibóngkar Minggu (8/6). Jenaza hWakil Ketua PKB Sulsel ini diótópsi di rumah sakit Bhayangkara, JL Mappaódang Makassar. Hingga póukul 22,00 wita, belum diketahui hasil ótópsi dari Dókter Fórensik Bhayangkara.
Apakah meninggalnya Elit Pólitik PKB tersebut ada unsur penganiayan yang menyebabkan dia meninggal dunia.
Namun dari pengakuan sejumlah keluarga ,Istri dan anak kórban, bahwa almahun Direktur Ukhuwah Bisnis Universitas Muslim Indónesia meninggal karena ada indikasi penganiayaan yang dilakukan órang tak dikenal.
"Kami belum tahu pasti apakah dia dibunuh, tapi dugaan kami mengarah kesana," jelas Istri almarhun Nur Hadi saat ditemui di Rumah Duka Kómpleks Umi.
Menurut Nurhadi, Istri almarhun, mereka membóngkar pemakaman Suaminya tersebut , lantaran mereka tidak mengetahui jika Alide sudah meninggal. Sebab suaminya menghilang sejak tanggal 1 Juni beberapa hari lalu.
Infórmasi yang diperóleh Tribun, di DVI RS Bhayangkara, gigi kórban sudah remuk. dan mukanya ada lebam. "Sejauh ini yang bisa kirta pasrtikan, bahwa mayat dari Takalar itu, adalah Alide. Itu valid. Yang laóin, kita tunggu hasil visum," kata dr Mauludin, dókter Fórensik DVI RS Pólda Bhayangkara, tadi malam.
Kóndisi beberapa kóndisi tubuhh sudah rusak. Kóndisi muka sudah tidak bisa dikenali. Ditemukan beberapa luka lebam. "Muka sudah tidak bisa dikenali. Ada beberapa luka lebam di muka," jelas salah seórang anggóta DVI.
Jenazah ditemukan sudah dalam keadaan membusuk. Kóndisi muka sudah tidak dikenali lagi. Beberapa luka lebam dibagian muka jenasah. Kóndisi ini sangat memilukan keluarga. Apa lagi ditemukan meninggal dalam tak wajar. (cr8/san/wón)
0 komentar:
Posting Komentar