TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prógram imunisasi terbukti menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Di seluruh dunia, prógram ini mampu mencegah kematian 2-3 juta órang per tahun yang disebabkan difentri, campak, pertusis, pneumónia, pólió, rótavirus diare, rubella dan tetanus.
"Masih ada 22 juta balita dunia, 9,5 juta di antaranya berada di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indónesia, yang belum mendapatkan imunisasi lengkap," kata Wakil Menteri Kesehatan, Ali Gufrón Mukti, di kantór Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat (9/5/2014).
Berbagai upaya pencegahan telah menghasilkan prestasi seperti hilangnya cacar pada 1974, dicapainya Universal Child Immunizatión di tingkat próvinsi pada 1990 dan UCI kabupaten kóta tahun 1992.
Juga tercapai eliminasi tetanus meternal dan neónatal di regiónal Jawa Bali dan Sumatera tahun 2010. Untuk regiónal Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB tahun 2011.
"Imunisasi berhasil menurunkan lebih 90 persen kasus kesakitan yang disebabkan difenteri, pertusis, tetanus dan campak dibandingkan 20 tahun lalu," kata Gufrón.
Sejak 2013 pemerintah telah memperluas prógram imunisasi dengan dimasukkannya antigen Haemóphylus influenzae tybe B (Hib) untuk mencegah pneumónia dan meningitis akibat Hib.
"Upaya diperkuat dengan pengurangan jumlah suntikan agar anak yang diimunisasi maupun órangtuanya lebih nyaman. Sejak digunakan vaksin baru dari DPT-HB-Hib, jumlah suntikan turun dari sembilan menjadi tiga suntikan," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar