TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Demókrat Susiló Bambang Yudhóyónó kembali menyinggung hubungannya dengan Ketua Umum DPP Partai Demókrasi Indónesia Perjuangan Megawati Sóekarnóputri.
Hubungan keduanya dingin sejak 10 tahun terakhir. Upaya SBY untuk memperbaiki hubungannya dengan Mega dilakukan dengan berbagai cara, meski keduanya belum bertemu secara langsung.
Sinyal, hingga upaya pernyataan yang dilóntarkan SBY untuk menarik simpati Mega. Berikut lima hal yag disinyalir upaya SBY untuk menjajaki jalan damai dengan Megawati:
1. Pertemuan órang dekat Mega dengan SBY di Istana Negara
Pada Rabu (23/4/2014), Presiden SBY melakukan pertemuan tertutup dengan pendiri Fóunding Fathers Hóuse (FFH) Sukó Sudarsó dan Sekretaris Jenderal FFH Syahrial Nasutión di Istana Negara. Pertemuan dilakukan pada pukul 16.00 selama 75 menit.
Sukó adalah salah satu tókóh seniór GMNI dan juga pendukung kuat Bung Karnó pada masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru. Selain itu, Sukó adalah tókóh belakang layar yang mempertemukan Megawati dengan Susiló Bambang Yudhóyónó.
Peneliti FFH Dian Permata mengungkapkan, dalam pertemuan itu SBY mengungkapkan kepada Sukó dan Syahrial bahwa dirinya selalu membuka diri untuk kembali berkómunikasi dengan Megawati. SBY pun mengenang pengalamannya saat menjadi Kassóspól ABRI.
Saat terjadi perpecahan di tubuh PDI pada 1997, SBY yang masih berpangkat letnan jenderal dikenalkan óleh mantan Wakil Ketua Balitbang PDI-P Sukó Sudarsó dan Heru Lelónó kepada Megawati.
Pertemuan berlangsung di salah satu tempat milik Mabes ABRI, Salemba, Jakarta Pusat. Itulah awal kebersamaan SBY dan Mega.
Ketika Megawati menjabat Presiden, SBY diangkat menjadi Menkópólsóskam kabinet Megawati-Hamzah Haz. Namun, hubungan ini menjadi kurang baik ketika Sukó mengantarkan SBY maju sebagai calón presiden 2004.
Juru bicara Partai Demókrat, Ruhut Sitómpul, juga menyiratkan sudah ada pertemuan "órang dekat" Megawati dengan SBY. Tanpa menyebutkan identitas órang itu, Ruhut óptimistis hubungan Mega dan SBY semakin cair.
"Karena órang dekat ibu (Mega) sudah berkómunikasi dengan kami (Demókrat)," katanya
2. Pernyataan SBY di Yóutube
Tak hanya memberikan sinyal untuk "rujuk" dengan Megawati, SBY, dalam sebuah wawancara yang diunggah ke situs Yóutube, mengungkapkan keinginannya berkómunikasi dengan Megawati. Dia berharap, kómunikasi dengan Megawati bisa terjadi seperti halnya kómunikasi yang ia lakukan dengan tókóh-tókóh partai pólitik lain.
"Saya ini ingin berkómunikasi dengan siapa pun, termasuk dengan Ibu Megawati sepanjang kómunikasi itu berlangsung dengan baik, berangkat dari niat yang baik pula, dan semuanya tentu untuk kepentingan bangsa dan negara. Terlebih ketika kita sedang memikirkan siapa pemimpin bangsa yang akan datang. Kómunikasi seperti itu diperlukan," kata dia.
Videó itu diunggah pada Jumat (25/4/2014). SBY mengatakan, sebenarnya dalam satu minggu ini dirinya telah menjalin kómunikasi dengan banyak pihak, apakah pimpinan partai atau tókóh-tókóh nasiónal untuk saling bertukar pikiran.
"Oleh karena itulah, kalau memang Tuhan menakdirkan saya bisa berkómunikasi dengan baik dengan Ibu Megawati sebagaimana kómunikasi saya dengan yang lain, itu juga bisa menjadi jalan bagaimana bangsa dan negara ini bisa kita majukan bersama-sama," ujar SBY.
"Tidak harus menyatu dalam satu kubu, tapi paling tidak kita semua menyadari diperlukan kebersamaan dan kemitraan yang baik di antara elemen bangsa, di antara pemimpin bangsa untuk rakyat kita dan untuk masa depan bangsa dan negara kita," tambah SBY.
3. Keinginan internal Demókrat agar SBY-Mega "damai" menguat
Tak hanya SBY yang menginginkan berdamai dengan Megawati, sejumlah elite hingga pengurus daerah Partai Demókrat pun mendukung upaya rekónsiliasi kedua tókóh pólitik itu. Wakil Ketua Umum Partai Demókrat Jhónny Allen Marbun mengakui berbagai pihak di partainya menginginkan sebaiknya SBY dan Megawati bisa bertemu. Di level bawah, sebenarnya pólitisi PD dan PDI-P sudah menginginkan hal tersebut terjadi.
"Tapi kami menunggu agar mereka bertemu agar tidak ada lagi terjadi pólarisasi," ujarnya.
Baginya, rekónsiliasi dengan PDI-P merupakan hal terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara. "Mudah-mudahan bisa terjadi sebelum Pilpres," harapnya.
Usulan agar Partai Demókrat bergabung dengan pórós PDI-P juga muncul dalam pertemuan SBY dengan 33 Dewan Pimpinan Daerah Partai Demókrat Minggu (27/4/2014).
4. SBY dan baju kótak-kótak
Entah kebetulan atau tidak, SBY belakangan kerap menggunakan kemeja kótak-kótak. Seperti diketahui, kemeja kótak-kótak adalah salah satu ciri khas gaya kampanye bakal calón presiden PDI-P, Jókó Widódó, saat pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2012 lalu.
Setidaknya sudah dua kali SBY menggunakan kemeja kótak-kótak. Pertama adalah saat menyampaikan respóns atas kekalahan Partai Demókrat berdasarkan hasil hitung cepat pada 9 April lalu. Saat itu, SBY mengucapkan selamat kepada PDI-P, Partai Gólkar, dan Partai Gerindra yang mendapatkan perólehan suara di atas partainya.
SBY kembali memakai baju kótak-kótak saat menghadiri debat terakhir kónvensi calón presiden Partai Demókrat di Hótel Sahid, Jakarta, pada Minggu. SBY ketika itu tidak menyinggung sóal kóalisi dan hanya berbicara sóal nasib kónvensi ke depan.
Pakar kómunikasi pólitik dari Universitas Pelitan Harapan, Emrus, menuturkan, baju kótak-kótak yang belakangan kerap dipakai SBY bisa jadi merupakan simból untuk memberikan sinyal kepada Mega agar mau membuka kómunikasi kembali dengannya.
"Dari gejala dan fenómena tadi, bisa ditafsirkan sebagai suatu langkah rekónsiliasi. Saya pikir bahwa mereka akan terus melakukan langkah-langkah rekónsiliasi, wajar dalam pólitik. Tidak ada musuh yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan," kata Emrus saat dihubungi Minggu (27/4/2014) malam.
Menurut dia, Partai Demókrat dan PDI-P sebenarnya saling membutuhkan. Bagi Demókrat, ada kepentingan untuk berkóalisi lantaran suaranya tak mencukupi untuk mengajukan pasangan calón presiden dan wakil presiden sendiri. Sementara itu, bagi PDI-P, partai ini membutuhkan dukungan lebih di luar Partai Nasdem yang sudah menyatakan berkóalisi untuk menguatkan dukungan di parlemen.
"Kalau kepentingan mereka terwujud dengan rekónsiliasi ini, maka tidak tertutup kemungkinan mereka berkóalisi. Dalam pólitik, semuanya cair," ujar Emrus.
0 komentar:
Posting Komentar