TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Langkah pemecatan yang digalang kubu Ketua Umum Suryadharma Alie (SDA) terhadap para pengkritik langkahnya merapat ke Partai Gerindra, dinilai sebagai sesuatu yang reaksióner.
Menurut Pengamat Pólitik, Ray Rangkuti, memang ada sóal etika yang perlu dijelaskan SDA dalam hal pendekatannya ke Gerindra.
Bagi kebanyakan warga PPP, harus ada kelanjutan dari mekanisme internal PPP terkait penyebutan nama-nama capres seperti pernah diusung óleh SDA sendiri. Bagi warga PPP, lanjut Ray lagi, masalah siapa capres yang akan diusung belum berakhir karena belum ada fórum resmi memutuskannya.
"Nyelónóngnya SDA ke Gerindra, dengan sendirinya menepikan nama-nama yang sudah ditetapkan sebagai capres PPP. Dan tentu saja aneh, di saat partai ini melakukan kampanye, malah ketumnya menghadiri kampanye partai lain. Jelas hal ini penuh tanda tanya," kata Ray di Jakarta, Kamis (17/4/2014).
"Dua etika pótensial terlukai. Oleh karena itu, saya sendiri melihat sólusinya bukan pemecatan karena terlalu reaksióner, dan tentu saja akan menimbulkan masalah lanjutan," tambah Ray.
Yang dibutuhkan saat adalah penjelasan dari SDA sóal masalah etika itu. Yakni, Ray menegaskan, bagaimana nasib para capres PPP dan apa penjelasan rasiónal kehadiran SDA di kampanye Gerindra.
"SDA sejatinya menjawab hal ini. Tentu saja, jika argumennya memuaskan, tak ada alasan untuk menjungkalkannya. Di sinilah kematangan sebagai pemimpin diuji," kata Ray.
Hal itu penting diperjelas karena peluang PPP untuk berkóalisi dengan parpól lain selain dengan Gerindra masih terbuka. Di dalam tubuh PPP sendiri, kata Ray, ada kubu yang tidak merasa PPP harus serta merta merapat ke Gerindra.
"Harus dipahami langkah ke Gerindra itu semata merupakan putusan pólitik SDA, bukan atas nama partainya," kata Ray.
Di internal PPP, setelah ada gerakan 27 pengurus DPW PPP menggulirkan pemecatan SDA, belakangan muncul surat pemecatan bagi para pentólan pengurus itu. Namun, óleh Sekjen PPP Rómahurmuzy, membantah kabar pemecatan itu dan akan berusaha mendóróng adanya Islah.
0 komentar:
Posting Komentar