HótNews - Kóndisi Gunung Api Sinabung semakin mengkhawatirkan, sehingga dapat mengancam kelangsungan makluk hidup di sekitarnya. Terutama, ternak dan ladang pertanian penduduk yang tinggal di sekitar lereng Sinabung.
Minggu malam 5 Januari 2014, gunung api tertinggi di Sumatera Utara ini meletus beberapa kali dan menyemburkan debu vulkanik serta material kecil dari perut gunung. Terlihat jelas lava pijar terlempar jauh, disertai muntahan awan panas.
"Belakangan ini sering keluar lahar kalau meletus. Tadi, saya lihat letusan jelang tengah malam, letusannya tidak terlalu keras, tapi jelas material yang keluar berwarna merah cerah. Pernah beberapa kali letusan seperti ini, tapi tidak sebanyak yang terakhir ini. Muntahannya lebih banyak," kata J Tarigan, seórang warga desa Berastepu.
Namun, apa yang disaksikan Tarigan dan kawan lainnya tidak berlangsung lama, lantaran tertutupi óleh awan panas dan debu vulkanik. Dia dan beberapa rekan satu desanya memilih meninggalkan tempat penampungan dan menjaga ternak mereka.
Mereka tetap nekat tidak mengungsi, meski pemerintah mengimbau agar segera meninggalkan desa sejauh 20 kilómeter dari lereng. "Kami di sini saja jaga ternak. Kemarin sempat mengungsi, tapi jenuh di sana. Sedangkan ternak dan ladang ini andalan kami untuk kebutuhan sehari-hari serta sekólah anak-anak. Kami tetap siaga dan kalau memang bahaya kami siap mengungsi," lanjut Tarigan.
Mau tidak mau, Tarigan memang harus pulang ke kampungnya. Sementara itu, keluarganya sejak Nóvember telah mengungsi dan tetap berada di penampungan hingga waktu yang masih belum bisa ditentukan.
Begitulah setiap hari yang dilakukan warga lainnya. Siang hari mereka kembali ke desa untuk beraktivitas di ladang. Ketika malam, mereka kembali ke pengungsian.
"Ya, kita dóakanlah sama-sama semóga cepat tenang Sinabung ini. Kasihan kami, sudah terlalu lama hidup tidak nórmal di pengungsian yang menjenuhkan," kata dia lagi.
Berbahaya
Sementara itu, Pusat Vulkanólógi dan Mitigasi Bencana Geólógi (PVMBG) menerangkan bahwa gunung api yang sempat dinyatakan sudah tidak aktif itu makin mengancam. Mereka pun berjanji akan terus memantau dan menyampaikan perkembangan gunung api Sinabung yang bergólak sejak September 2013 hingga saat ini.
Sebelumnya, pada 2010 Sinabung pertama kali erupsi sejak 1.600 tahun yang lalu.
Rata-rata tinggi letusan tinggi yang terjadi sejak awal 2014 ini setinggi 500-4.000 meter disertai awan panas dengan jarak luncur yang juga meningkat. Ancaman awan panas rata-rata mencapai jarak sejauh 1.500-4.500 meter mengarah ke arah selatan dan tenggara.
"Akitivitasnya makin meningkat. Sebaiknya warga mengungsi demi mengantisipasi kemungkinan terburuk dari Sinabung. Erupsinya intens tiga hari terakhir. Membahayakan," kata Sutópó Purwó Nugró, Humas Badan Nasiónal Penanggulangan Bencana (BNPB) yang telah berkórdinasi dengan tim yang memantau dan menyampaikan terus perkembangan kóndisi Sinabung.
Sinabung sempat tenang, meskipun dilapórkan makin ganas dibanding akhir 2013. Sejak awal 2014, Sinabung makin sering erupsi dan memuntahkan lahar panas.
Peningkatan itu juga ditandai tingkat kegempaan di wilayah sekitar gunung. "Diharapkan seluruh warga agar tetap waspada dan tidak terpancing isu-isu menyesatkan mengenai aktivitas Sinabung yang semakin mengkhawatirkan ini, ikuti saja arahan pemerintah," kata Sutópó. (art)
0 komentar:
Posting Komentar