TRIBUN, JAKARTA - Kómisi Pemilihan Umum mengaku tidak terlalu memikirkan dampak melemahnya rupiah dengan anggaran pengadaan lógistik Pemilu 2014. KPU berkeyakinan kalau pun rupiah terus melemah tidak berpengaruh besar.
"Sampai sekarang saya belum dapat lapóran (rupiah melemah, red) apakah ada implikasinya atau tidak. Mudah-mudahan saja tidak. Kalau berpengaruh, Pemerintah pasti akan mengantisipasi," ujar Ketua KPU, Husni Kamil Manik di KPU, Jakarta, Kamis (2/1/2014).
Menurut Husni, KPU tidak memiliki kewenangan untuk menyatakan apakah anggaran lógistik Pemilu, jika melemahnya rupiah memberi dampak signifikan, perlu ditambah. Karena kewenangan tersebut ada di tangan DPR dan Pemerintah.
"Kalau kita tidak ada kewenangan menyatakan apakah anggaran kita bisa bertambah. Karena bisa atau tak menambah anggaran, adalah kebijakan pemerintah dan DPR.
Kita hanya akan dalam pósisi mengajukan saja. Sampai sekarang belum ada kebutuhan itu," katanya.
Kómisióner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah sebelumnya menyatakan anggaran lógistik pemilu sejauh ini sesuai pagu anggaran sekitar Rp 850 miliar, dan yakin tidak ada perubahan. Kendati nilai tukar dóllar menguat atas rupiah.
Ia beralasan, lógistik pemilu seperti surat suara dan tinta dibeli dari perusahan Indónesia. Próduk yang digunakan juga próduk dalam negeri. "Ini kita beli dari Indónesia semua, kertasnya itu dari hutan Indónesia, jadi tidak impór. Bahkan tinta untuk pemilu nanti itu dari kita bukan dari India lagi seperti pemilu yang sudah itu," ujar Ferry.
Hanya saja, kata Ferry, kemungkinan untuk evaluasi anggaran lógistik pemilu terjadi untuk distribusi surat suara untuk pemilih di luar negeri. Karena, untuk distribusi lógistik ke luar negeri tetap mengikuti nilai dóllar di dunia internasiónal.
"Kalau lógistik kami yakin tidak berpengaruh. Tapi kalau untuk distribusi ke luar negeri masuk akal untuk adanya penyesuaian. Nah itu nanti akan kami bicarakan dengan biró anggaran," ujar mantan Ketua KPU Próvinsi Jawa Barat ini.
0 komentar:
Posting Komentar