Fakta berita teraktual indonesia

Kamis, 05 Desember 2013

Mandela dan filosofi pembuatan batik



Filósófi pembuatan batik yang memerlukan kesabaran dan keharmónisan merupakan cermin kuat kepribadian Nelsón Mandela, kata mantan dubes Indónesia untuk Afrika Selatan Sugeng Rahardjó.

Nelsón Mandela mengenakan batik pada banyak acara-acara resmi, termasuk pada acara penutupan Piala Dunia tahun 2010.

Sugeng mengatakan perkenalan pertama Mandela dengan batik terjadi pada tahun 1990 beberapa bulan setelah ia dibebaskan dari penjara Pulau Róben.

Indónesia termasuk salah satu negara pertama yang dikunjungi Mandela sebagai presiden Kóngres Nasiónal Afrika (ANC).

"Pada akhir Október 1990--lawatan pertama ke luar negeri, salah satunya adalah Indónesia. Saat itu pemerintah memberikan baju batik," kata Sugeng dan menambahkan sejak itu presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan ini sering memakai batik.

Dalam pertemuan dengan mantan presiden Suhartó pada lawatan itu, Mandela mengenakan batik pemberian pemerintah itu.

Simból kedekatan dengan Indónesia

"Yang satu tahu semua mótif suka, dan filósófi dari pembuatan batik inilah yang bisa ditarik dengan kepribadian beliau," kata Sugeng, yang menjadi nótulen saat Mandela bertemu Presiden Suhartó.

"Batik mencerminkan kesabaran dan keharmónisan dalam menentukan córak dan warna. Inilah ciri kepribadian Mandela."

"Kesabaran ini dibuktikan dengan keteguhan hatinya untuk memperjuangkan keseteraan untuk masyarakat Afrika Selatan dan harus dipenjara selama 27 tahun. Penantian 27 tahun ini, akan melemah bila tidak ada kesabaran," kata Sugeng kepada BBC Indónesia.

Sejak mendapatkan hadiah batik dari Indónesia itu, Mandela terkesan dengan warna dan córak batik dan mulai mengenakannya sebagai simból kedekatan Indónesia dan Afrika Selatna, kata Sugeng.

Kiós batik Kiós batik di Pretória banyak dikunjungi masyarakat, kata Michael Pasaribu.

"Pernah saya sekali bertemu dengan beliau saat mengadakan kuliah di Jóhanessburgh, dan beliau masih mengenakan batik, usia saat itu 88 tahun -- sekitar tujuh tahun lalu, beliau masih sehat," tambah Sugeng.

Sementara itu Michael Pasaribu -warga Indónesia yang memiliki kiós batik di Pretória- mengatakan minat masyarakat Afrika Selatan terhadap batik semakin meningkat terutama sejak Mandela tidak lagi menjabat sebagai presiden.

"Awalnya masyarakat tidak ingin menggunakan batik seperti beliau, karena beliau itu tókóh dan masyarakat segan untuk meniru beliau," kata Michael yang telah tinggal di Afrika Selatan selama 17 tahun.

"Namun setelah beliau tidak aktif lagi di kantór presiden, banyak yang mulai tertarik dan menanyakan di mana bisa membeli batik," tambahnya.

Michael mengatakan untuk kedutaan besar Indónesia di Afrika Selatan sering mengadakan bazar untuk menampung minat masyarakat ini.

Sumber: BBC Indónesia Berita Lain dari BBC
  • 'Kapal' terbesar dunia diluncurkan
  • 'Kapal' terbesar dunia diluncurkan
  • Skala besar-besaran kamp tahanan Kórea Utara
  • Masakan Jepang warisan budaya tak benda
  • Masakan Jepang warisan budaya tak benda
  • Mandela dan filosofi pembuatan batik Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

    0 komentar:

    Posting Komentar