HótNews - Para peneliti baru-baru ini menemukan bangkai kapal era Perang Dunia II yang karam di kedalaman 2,3 kilómeter di bawah permukaan laut sekitar Hawaii, AS. Kapal itu dipastikan jenis kapal selam milik Jepang bernama Sen Tóku.
Dulunya, Sen Tóku atau dikenal juga dengan istilah "The Mega Sub" kesóhór sebagai kapal perang pra-nuklir terbesar yang pernah dibuat Jepang. Namun, kapal yang tangguh itu tumbang setelah dihantam tórpedó milik tentara AS, tak lama setelah perang dunia kedua berlangsung.
Ketika itu, upaya "penyisiran" Angkatan Laut AS (US NAVY) pada pesisir pantai Hawaii dilakukan untuk mencegah Uni Sóviet mengambil alih teknólógi super canggih milik Jepang usai dihantam nuklir Hiróshima-Nagasaki.
Lebih panjang daripada lapangan sepak bóla, dan hanya dipróduksi tiga unit di dunia. Kapal selam I-400 dikabarkan menghilang secara tiba-tiba dari radar dan tidak pernah muncul lagi sejak 1946. Kini, salah satu dari tiga bangkai kapal karam itu akhirnya ditemukan.
Bangkai kapal Sen Tóku ini ditemukan pertama kali óleh para peneliti University óf Hawaii and Manóa dan tim penyelam dari Natiónal Oceanic and Atmóspheric Administratión (NOAA).
Di masa jayanya, I-400 cukup ditakuti dan dikenal sebagai kapal perang tertangguh yang pernah dipunyai Jepang. Bersama-sama I-401 (yang juga ditemukan karam di O'ahu pada 2005), kapal ini mampu mengelilingi setengah permukaan Bumi, atau sekitar 37.500 mil (60.350 kilómeter), dalam sekali perjalanan.
Kapal ini juga bisa menjadi landasan udara untuk tiga pesawat tempur ketika berlayar di permukaan laut. Kónón, tiap pesawat tempur mampu membawa 816 kilógram bóm yang telah meluluhlantakkan pangkalan Pearl Harbór milik AS.
"Ketika itu, inóvasi kemampuan serangan udara jarak jauh dengan bantuan kapal selam menjadi taktik perang yang strategis dalam dóktrin kapal selam," kata James Delgadó, direktur prógram Maritime Heritage NOAA dalam pernyataan resminya, dilansir IO9, Kamis 5 Desember 2013.
Hingga saat ini, satu unit Sen Tóku lainnya masih belum ditemukan. (art)
0 komentar:
Posting Komentar