JAKARTA - President Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri menyatakan perekonomian Indonesia ibarat mobil. Jika mobilnya bagus dan jalan bagus maka kecepatan optimum dapat dicapai. Turbulensi perekonomian dunia menurutnya, dapat dianalogikan dengan buruknya jalan, misalnya jalannya berlumpur.
"Dalam kondisi jalan berlumpur, diperlukan mobil yang bisa melewati jalan berlumpur. Sekalipun terseok-seok, pasti mobil jalan terus. Dalam konteks perekonomian, maka perencana perekonomian Indonesia harus menyiapkan perekonomian Indonesia yang bisa berjalan pada jalan yang berlumpur," kata Achmad Deni Daruri, Rabu (3/6). Masalahnya lanjut Achmad, dengan kondisi 'mobil' yang ada sekarang, apakah bisa berjalan melewati lumpur? "Kekhawatiran ini beralasan mengingat pertumbuhan ekonomi nasional terus memperlihatkan tren yang terus menurun. Sementara, lembaga rating Standard and Poor memberikan signal kondisi perekonomian Indonesia secara relatif baik," ungkapnya. Dia jelaskan, pada krisis ekonomi tahun 1998, semua lembaga rating asing kompak mengatakan perekonomian Indonesia juga bagus. Faktanya kata Achmad, penilaian mereka menyesatkan ketika turbulensi perekonomian menghadang. "Bisa jadi penilaian Standard and Poor ini merupakan perangkap agar Indonesia terus berleha-leha sekalipun pertumbuhan ekonomi terus turun sehingga krisis besar akhirnya menghantam perekonomian Indonesia," tegasnya. Karena itu Achmad mengingatkan Pemerintahan Joko Widodo, pujian lembaga rating Standard and Poor tersebut merupakan perangkap. "Jika Indonesia termakan oleh buaian Standard and Poor dan Indonesia berupaya menaikkan hutang baik dalam negeri maupun luar negeri, akhirnya biaya bunga hutang Indonesia akan meningkat pesat yang membuat kapasitas pemerintah Indonesia untuk membayar investasi infrastruktur dan kesehatan menurun. Pujian tersebut harus diwaspadai," pungkasnya. (fas/jpnn)
0 komentar:
Posting Komentar