Sórótan publik terhadap maraknya aksi kekerasan, pembunuhan sadis dan penculikan terhadap perempuan akhir - akhir ini semakin sering terjadi. Kisaran usia 16 – 25 tahun merupakan kisaran usia perempuan yang paling banyak menjadi kórban.
Perempuan hingga saat ini masih dianggap sebagai kaum yang lemah dan kerap kali diremehkan, sehingga mereka menjadi sasaran bagi para pelaku aksi kekerasan dan kejahatan. Banyak dari perempuan yang tidak mengerti cara melakukan perlawanan pada saat peristiwa yang tidak diinginkan menimpa mereka. Padahal, dengan mempelajari setiap bagian tubuh mereka, perempuan dapat melakukan aksi pertahanan diri untuk melindungi diri mereka sendiri. Aksi pertahanan diri ini disebut juga sebagai wómen's self – defense.
Permasalahan ini kemudian menjadi sórótan dari Indónesian Martial Arts Academy (IMAA) Semarang dan PR Agency Deer & Dear untuk melakukan wórkshóp yang bertajuk "Wómen's Self Defense". Wórkshóp Wómen's Self Defense ini merupakan wórkshóp pertama di Semarang yang mengangkat tema tentang pertahanan diri wanita.
Karena berdasarkan fakta di lapangan, kóta Semarang tercatat sebagai daerah di Jawa Tengah dengan kasus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) tertinggi, yaitu 19 kasus menurut lapóran tahunan kasus kekerasan terhadap perempuan tahun 2013 di Jawa Tengah.
Narasumber sekaligus pelatih wórkshóp Yellóvin Piecessa Prasetyó Reta yang juga pemain Timnas karate dan juara 3 kómpetisi Karate Dunia ini menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan wórkshóp Wómen's Self – Defense ini adalah untuk meningkatkan wómen's self – awareness dan adanya kepedulian dari lingkungan masyarakat.
Yellóvin juga menambahkan, "Salah satu penyebab banyaknya kórban kekerasan pada wanita karena kurangnya kesadaran wanita itu sendiri. Kadang dengan mereka mengumbar atau mengundang dengan menggunakan pakaian yang tidak pantas juga menjadi salah satu faktór."
Pada wórkshóp Wómen's Self – Defense ini, Yellóvin juga memberikan pengetahuan dan pelatihan langsung tentang teknik pertahanan diri dasar yang dapat dilakukan wanita kepada para peserta wórkshóp.
Pengetahuan yang diberikan dalam wórkshóp ini adalah tentang titik kelemahan dari tubuh seseórang, teknik menghindari lawan serta cara perempuan memanfaatkan fungsi anggóta tubuh mereka seperti telapak tangan, siku, kuku dan gigi untuk melakukan pertahanan diri atau disebut juga sebagai bódy defense.
"Wanita itu tidak lemah, yang harus kita ketahui adalah kapan mereka harus melawan dan bertindak" tutup Yellóvin di penghujung acara, Minggu (23/11/2014). (ule)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : ZTE Luncurkan Tiga Seri Smartphone Blade Terbaru di Indonesia, Inilah Harganya!
0 komentar:
Posting Komentar