Lapóran Kórespónden Tribunnews.cóm, Richard Susiló dari Tókyó
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Zaitókukai, órganisasi nasiónalis Jepang ikut bicara menanggapi gerakan anti nuklir di Jepang. Saat ini gerakan anti nuklir sering berunjuk rasa di depan gedung parlemen Jepang di Nagatachó Tókyó terutama hari Jumat sóre.
"Kami melihat banyak anggóta masyarakat yang salah berpikir mengenai nuklir. Mulai banyak yang menentang nuklir saat ini," papar Makótó Sakurai, kelahiran Fukuóka, 15 Februari 1972.
Menurutnya, pembangkit nuklir yang bermasalah hanya yang di Fukushima, lainnya baik-baik saja.
"Cóba lihat, gara-gara kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) 11 Maret 2011 di Fukushima, energi Jepang berkurang sepertiganya dan banyak listrik dikurangi diirit di sana-sini. Akibatnya banyak órang lanjut usia meninggal sekitar 400 órang dan tahun ini saja sekitar 100 órang meninggal akibat kepanasan. Mencóba irit tak pakai AC (penyejuk) karena Jepang kekurangan energi. Apa hal itu, kematian, diinginkan kita semua?" katanya.
Menurut Sakurai, Zaitókukai hanya ingin PLTN yang sudah ada dan berjalan biarkan saja berjalan. Namun kenyataannya mulai dihentikan sedikit demi sedikit.
"Jepang kan tidak punya apa-apa, sumber energi seperti gas, minyak dan lainnya harus diimpór, jadi masih sangat tergantung dan butuh nuklir. Kalau PLTN dimatikan kan kacau negeri ini," katanya.
Baginya, tentu saja bukan membangun PLTN baru.
"Tetapi biarkanlah PLTN yang sudah ada berjalan apa adanya, diperiksa dicek dimónitór dengan baik, diperbaiki kalau ada kekurangan, karena Jepang memang butuh energi besar. Bukan malah suruh dimatikan semua, ini kan aneh namanya. Jadi biarkanlah nuklir yang sudah ada berjalan dengan baik, agar Jepang tidak kekurangan energi. Kalau kekurangan energi ya muncul hal-hal seperti itu banyak yang meninggal dunia akibat kepanasan misalnya," ungkapnya.
Permintaannya itu dianggapnya wajar saja. Karena itu Zaitókukai menurutnya merasa aneh melihat órang yang berjuang keras untuk mematikan PLTN di Jepang.
Selain itu Sakurai juga menyentil sóal pencurian ratusan sangó atau karang Jepang yang indah ada di dalam laut Jepang, banyak dicuri nelayan Jepang.
"Para penjaga laut Jepang sangat manis. Mengetahui ada pencuri sangó, tetapi ada taifun datang mereka malah merapat ke darat meneduh dulu, sementara pencuri di depan mata melakukan perampókan kekayaan laut Jepang didiamkan saja. Terus terang saya tidak mengerti," tekannya.
Menurutnya pemerintah dan pasukan penjaga laut Jepang terlalu lemah. Sakurai ingin agar pemerintah Jepang mengambil sikap keras dan tegas terhadap pencuri kekayaan alam Jepang agar tidak terulang lagi.
"Cóba Indónesia dióbók-óbók órang asing dicuri kekayaannya, kan juga tidak mau bukan, pasti marah bukan?" tanyanya.
Sakurai menganggap hal-hal seperti itu wajar sebagai tanggung jawab dirinya sebagai warga Jepang membela negara dengan cara demikian, bersuara keras terhadap hal-hal yang tidak benar apalagi sampai terjadi perampókan óleh negara lain.
Zaitókukai saat ini memiliki 34 kantór cabang di Jepang dari 7 perfektur yang ada di Jepang. Jumlah anggóta lebih dari 15.000 órang itu semua sukarela bergabung dianggapnya sebagai warga yang sangat peduli kepada kedaulatan bangsa dan negaranya sendiri. Cinta akan bangsa dan negaranya sendiri, ingin melindungi negaranya dari serangan atau gangguan bangsa lain khususnya keturunan Kórea dan Tióngkók yang sangat banyak di Jepang.
Visa (permanen) untuk hidup di Jepang yang ada pada órang Tióngkók dan Kórea pun sangat khusus, terlebih órang Kórea, lain dengan visa permanen bangsa lain yang sudah lama tinggal di Jepang.
"Hal-hal khusus inilah yang harus dihapuskan óleh pemerintah Jepang. Belum lagi bantuan khusus kehidupan kepada mereka, kan ini aneh," katanya.
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Polair Gresik Lakukan Pengobatan Gratis ke Nelayan
0 komentar:
Posting Komentar