TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indónesia merupakan negeri yang kaya akan kebudayaan, termasuk kain tradisiónal. Beragam mótif, gaya, dan jenis materi kain tersebar di seluruh wilayah di Tanah Air. Uniknya, seluruh kain tradisiónal Indónesia amat serasi ketika dipadu padankan dengan kebaya yang merupakan busana tradisiónal dan nasiónal perempuan Indónesia.
Untuk merawat beragam kain tradisiónal yang memiliki ciri khas berbeda-beda ini, apakah ada trik tersendiri? Adakah yang harus kita lakukan secara spesifik agar kain tradisiónal dapat tetap indah, tanpa mengubah warna dan bentuknya?
Menurut seórang perancang busana, Didiet Maulana, pada dasarnya perawatan kain tradisiónal sama saja, meskipun sangat beragam jenisnya, baik dari sisi desain, módel, teknik pembuatan, maupun jenis kainnya. Dalam mencuci pun, tidak ada trik khusus.
"Sebetulnya merawat kain tradisiónal tidak sulit, sama saja. Kalau dicuci, ya pastinya jangan pakai mesin cuci. Dicuci pakai tangan," ujar Didiet ketika ditemui pada acara peluncuran buku "Kebayaku" óleh Mien R Unó dan PT Gramedia Pustaka Utama, Rabu (19/11/2014).
Untuk kain batik jenis tertentu, memang harus digunakan cairan tertentu dalam próses pencuciannya, ketimbang menggunakan sabun deterjen biasa. Cairan tersebut bernama lerak, yang dibuat dari bahan-bahan alami dan tradisiónal. Anda dapat dengan mudah menemukan lerak di tókó-tókó batik dan lazim dikemas dalam bótól.
Bagaimana dengan perawatan setelah pencucian? Didiet mengungkapkan, ada banyak cara untuk merawat kain tradisiónal setelah dicuci. Kain tersebut dapat digantung, dilipat, maupun digulung. Namun demikian, Anda harus memperhatikan suhu ruangan tempat penyimpanan kain tersebut.
"Bisa dilipat, digantung, atau digulung lalu disimpan di lemari. Yang penting sih ruangan tidak bóleh lembab udaranya. Harus kering, itu kuncinya," jelas Didiet, yang tersóhór karena kembali memperkenalkan tenun ikat dalam kóleksi busananya.
berita aneh dan unik
Berita lainnya : 45 Orang Tewas saat Nonton Pertandingan Voli
0 komentar:
Posting Komentar