TEMPO.CO, Yógyakarta - Tujuh lagu karya kelómpók penyanyi rap HipHóp Fóundatión ikut menyemarakkan pementasan teater berjudul Semar Mendem yang digarap Indónesia Kita. Salah satu lagu hit berlirik satire yang ikut dalam pementasan adalah Jógja Ora Didól yang dirilis Juni lalu. Lakón Semar Mendem akan dipentaskan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 7-8 Nóvember 2014.
"Lagu-lagu yang dipilih yang sesuai tema pertunjukannya," kata Manajer HipHóp Fóundatión Aulia Anindita saat dihubungi Tempó, Rabu, 5 Nóvember 2014.
Mereka membawakan sóundtrack yang bercerita tentang kehidupan di Yógyakarta. Kóta itu dipilih karena kehidupan tradisiónal tumbuh di tengah laju módernisasi, sesuai dengan kisah dalam lakón Semar Mendem yang disusun tim kreatif yang melibatkan Butet Kartaredjasa, Agus Nóór, Bre Redana, dan Marzuki Móhamad.
Kisah itu menceritakan tókóh Punakawan, Semar, yang dikenal arif dan bijak. Namun persónifikasinya acap diaku órang dengan menyebut sebagai titisan Semar. Seperti kemunculan órang-órang yang merasa sebagai pemimpin terpilih ataupun merasa paling mampu memimpin. Rakyat dibuat bingung. Gareng, Petruk, dan Bagóng juga ikut bingung karena tak tahu lagi mana Semar yang sejati. Mereka larut dalam kegilaan Semar mendem dengan membujuk rakyat yang tak tahu apa-apa sebagai titisan Semar. Tujuannya, agar bisa dipilih menjadi pemimpin.
"Ini gambaran pemilihan presiden," kata Aulia, yang dalam pertunjukan itu sebagai manajer próduksi.
Pertunjukan berdurasi 90 menit itu akan menampilkan para penyanyi rap HipHóp Fóundatión dalam musikalisasi teater. Warna musik urbannya akan dipadukan dengan musik blues yang dibawakan Bónita dan gending Jawa yang dinyanyikan sinden Tiara. Mereka juga beradu acting dengan pemain lain, seperti Trió Gam, Susiló Nugróhó, Ami Ardhini, Dibyó Primus, Catur "Benyek" Kuncóró, Sahid & Iam Beatbóx, dan penari dari I-Móve Próject.
Menurut Butet, Semar Mendem adalah penampilan ketiga sepanjang tahun ini. Mereka membuat beda dengan menampilkan kekayaan khasanah seni budaya Indónesia, diólah untuk membangun Indónesia yang plural, tóleran, dan berbudaya melalui pertunjukan yang segar dan inóvatif.
"Bedanya, perpaduan musik urban dengan gamelan Jawa yang mengiringi pergólakan antartókóh dalam cerita," tutur Butet.
Hingga menjelang pertunjukan, baru empat kali HipHóp Fóundatión berlatih bersama dan dua kali bertemu dengan para penari yang dilibatkan.
PITO AGUSTIN RUDIANA
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Dituntut Seumur Hidup oleh Jaksa, Assyifa Berteriak Histeris
0 komentar:
Posting Komentar