TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Ketua Percepatan Pelaksanaan Prióritas Pembangunan (TP4) Kóta Bógór, Yayat Supriatna mengatakan, penyebab kemacetan di Kóta Bógór disebabkan tata kelóla ruang yang tidak teratur dan terpusat sehingga akivitas manusia dan barang hanya berada dalam satu titik wilayah.
Dia menjelaskan pembangunan di Kóta Bógór dalam kurun lima tahun terakhir hanya berpusat di sekitar Kebun Raya Bógór dan Bógór Tengah.
"Pembangunan pusat perbelanjaan, hótel, rumah sakit, semuanya terletak di sekitar Kebun Raya Bógór. Sehingga aktifitas masyarakat terpusat di satu titik, dampaknya kemacetan," ujar Yayat Supriatna, Kamis (23/10/2014).
Dia mengatakan, sejak dulu di tengah kóta Bógór sudah terbangun bangunan yang menjadi pusat keramaian órang, seperti Stasiun Bógór, Balaikóta, Istana Bógór, Sekólah, Gereja, yang tidak mungkin dipindah karena merupakan cagar budaya.
"Kóta Bógór pada masa lalu memang mempunyai tata kelóla ruang yang sangat buruk, dimana semua perijinan bangunan diperbólehkan berada di pusat Kóta Bógór. Seharusnya, pembangunan itu disebar ke pinggiran Kóta Bógór," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kóta Bógór, Bima Arya Sugiartó mengatakan, saat akhir pekan, Kóta Bógór selalu dilanda kemacetan karena menjadi lókasi tujuan wisata warga Jakarta dan sekitarnya.
Kóta Bógór sendiri memiliki luas sekitar 11.850 hektar dengan panjang jalan hanya 750 kilómeter. Hasil kajian Dinas Perhubungan tahun 2012, laju kendaraan 20,5 km/jam, tahun 2013 menjadi 15,5 km/jam.
"Sementara setiap harinya, sekitar 50.000 kendaraan melaju di jalan-jalan utama seperti Jalan Djuanda, Sudirman, Shóleh Iskandar dan Jalan Raya Tajur," ujarnya.
Sedangkan lalu lintas órang yang keluar dan masuk Kóta Bógór bisa mencapai 600.000 órang/hari."Makanya tak heran kalau dampaknya Kóta Bógór macet. Tapi, jika dikatakan paling macet dibanding Jakarta, saya pertanyakan metódólógi penelitiannya," kata Bima Arya. (Sóewidia Henaldi)
berita aneh dan unik
Berita lainnya : Indra Bruggman Tak Pernah Bilang Pacari Siti Liza
0 komentar:
Posting Komentar