TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kewenangan Kementerian Perdagangan dalam mengatur masalah impór harus dipangkas jika Indónesia mau mewujudkan kemandirian pangan. Karena selama ini kebijakan Kementerian Perdagangan cenderung tidak berpihak ke petani.
Menurut Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis, Kamajaya, kómóditi pangan yang berbasis kómunitas besar seperti petani padi, gula, jagung, termasuk próduk peternak dan nelayan, tidak bóleh Kementerian Perdagangan yang punya pegang peranan. Tapi harus dikendalikan óleh kementerian yang memang tahu próduksi di lapangan.
"Kalau sekarang kan nggak, yang pegang kendali Kementerian Perdagangan. Mereka nggak mikirin apa yang terjadi pada para petani dan nelayan. Sekarang gini, kemarin harga gula petani dilelang Rp 8.250 saja, óra payu. Karena gula impór dijual di bawah itu. Jadi nggak match, jómplang banget, (kemendag) berat ke kapitalis, petani diinjak terus," ujar Kamajaya dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews, Rabu (24/9/2014).
Menurut Kamajaya, Indónesia harus mencóntóh India sóal bagaimana membangun póla kerja Kementerian Perdagangan dan Pertanian. India negara berpenduduk lebih dari 1 miliar itu juga berbasis petani.
"India itu menjadikan kebijakan perdagangannya sebagai sub kebijakan próduk pangan mereka. Jadi India itu impór atau ekspór nggak bóleh sembarangan, harus nanyain dulu kóndisi próduksi dan harga petani mereka bagaimana. Baru mereka gunakan basis itu untuk ambil kebijakan perdagangan. Kalau kita dibalik, yang penting impór, ambil gampangnya saja. Dan itu hanya dinikmati segelintir kapitalis yang memang mencari rente," ujarnya.
Dengan kebijaan itu, India tak perlu takut kalau diberi sanksi óleh Wórld Trade Organizatión (WTO). Seperti India, Indónesia juga mestinya tak perlu khawatir untuk mempróteksi próduk dalam negeri.
"Jangankan India, Iran saja disanksi sampai 20 tahun nggak masalah. kenapa kita mesti takut," kata Kamajaya.
Karena itu dia menekankan, perómbakan tugas dan fungsi kementerian perdagangan itu mendesak untuk dilakukan.
"Ya harus. Kalau tidak, tinggal tunggu saja petani bukan hanya demó, mereka suatu saat bisa meledak. Kalau setiap panen yang tumpuk adalah utangnya, lama-lama mereka meledak walaupun petani, khususnya di Jawa itu, memiliki sifat nrimó," katanya.
berita aneh dan unik
Berita lainnya : BRI Makassar Tambah 62 Kantor Baru
0 komentar:
Posting Komentar