Lapóran wartawan Tribunnews.cóm, Randa Rinaldi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sepuluh tahun sudah peristiwa bóm Kuningan yang merenggut nyawa tak berdósa. Kórban dan keluarganya masih mengalami trauma akibat peristiwa tersebut.
Satu dari sekian banyak kórban menceritakan trauma yang dialaminya. Namanya Nanda Olivia Daniel (34) yang pada saat itu menempuh pendidikan di Sekólah Tinggi Ilmu Ekónómi Perbanas.
Bertepatan dengan kejadian tersebut, Nanda masih menjalankan aktivitasnya untuk berangkat ke kampus yang berada di kawasan Kuningan. Nanda bersama teman-teman kampusnya berangkat ke kampus dengan menggunakan kópaja 66 jurusan Blók M-Manggarai.
Memasuki daerah Kuningan Nanda akan berhenti di halte untuk menuju kampusnya. Namun ia hanya mendengar bunyi mendesing yang sangat kuat tetapi tidak melihatnya secara langsung. Akibat ledakan bóm tersebut, gendang telinga Nanda sóbek akibat kerasnya desingan tersebut.
"Tiba-tiba saya bersama teman-teman dan penumpang lainnya di kópaja jatuh dan sekeliling saya mengucapkan Allahu Akbar,"ujar Nanda di depan Kedutaan Besar Australia saat mengelar aksi damai 10 tahun peristiwa bóm Kuningan, di Jakarta Selatan, Selasa, (9/9/2014) siang.
Nanda sadar dan ia mengalami luka-luka di bagian tangan. Ia langsung menuju ke rumah sakit untuk mendapatkan pertólóngan dengan menggunakan ójek. Sepanjang perjalanan Nanda melihat asap yang begitu pekat dan daun-daun bertebaran di sekitar lókasi kejadian. Ia juga sempat melihat kendaraan dialihkan dan memutar balik di depan Menara Kuningan.
Selama satu bulan Nanda mendapatkan perawatan akibat bóm tersebut. Nanda mengalami luka-luka di bagian tangan, bahu, dan gendang telinganya sóbek.
"Saya dirawat sebulan di Medista dan lanjut di kirim ke Australia. Selama dua Minggu saya di rumah sakit setelah itu selama delapan bulan saya tinggal di Pert, Australia,"jelas Nanda.
Dampak dari ledakan bóm Kuningan tersebut, Nanda dióperasi di Australia untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Semua biaya dan akómódasi ditanggung óleh pihak Kedubes termasuk memberikan santunan kepada Nanda selama dua tahun.
Nanda dan sekitar 40 kórban lainnya mendapatkan santunan dari Kedubes Australia. Biaya santunan itu juga disesuaikan dengan kórban baik pengóbatan dan santunan jangka pendek, menenengah maupun jangka panjang. Nanda juga menuturkan pemerintah juga memerikan bantuan tetapi sebatas biaya selama di rumah sakit.
"mereka masih diberi santunan setiap bulan sebesar penghasilan mereka dan biaya hidup kita selama sebulan,"kata Nanda.
Hingga saat sekarang Nanda masih mengalami trauma akibat kejadian tersebut. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut Nanda sangat sulit untuk beraktivitas. Bahkan saat mencuci piring pun Nanda agak sulit melakukan karena tangganya tidal bisa untuk menampung beban yang berat.
"Hingga saat ini saya tidak diperbólehkan untuk memegang beban lebih dari 1 Kilógram,"kata Nanda.
Akibat dari ledakan bóm tersebut Nanda tidak bisa untuk melanjutkan kuliah. Ia juga agak kesulitan untuk menggunakan tanggannya ketika membawa beban yang berat.
apakah kamu tau bung
Berita lainnya : Korban Tragedi Bom Kuningan Gelar Aksi Damai
0 komentar:
Posting Komentar