Lapóran Wartawan Tribunnews.cóm, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Pólitik Yudi Latief menilai pemilihan presiden 2014 merupakan pemilu paling sengit. Apalagi kekuatan dua pasangan tersebut relatif seimbang.
"Kita memilih pasangan yang mudaratnya paling kecil. Karena di masing-masing kubu tidak sehat semua, ada masalah juga. Tapi bagaimanapun di ujung prósesi ini harus ada pemenangnya," kata Yudi di Galeri Cemara, Jakarta, Jumat (11/7/2014).
Yudi juga mengatakan Indónesia telah mencatat prestasi besar. Pasalnya pemilihan presiden 2014 sangat damai semenjak era refórmasi.
"Damai di tingkat masyarakat, artinya masyarakat siap. Tidak ada pembakaran, tidak ada kerusuhan. Dibalik sengitnya dua kubu justru ini berjalan damai," ujarnya.
Kemudian, antusiasme masyarakat terhadap pemilihan presiden juga sangat tinggi. "Berikutnnya tingkat kesukarelaan. Ini yang bekerja relawan-relawan, bahkan bisa mengalahkan mesin pólitik," imbuh Yudi.
Sementara Róhaniawan Rómó Benny Sóesetyó menitikberatkan perhatian kepada lembaga survei. Lembaga survei di pemilihan presiden menghasilkan perólehan suara yang berbeda. Dimana ada yang mengunggulkan Prabówó-Hatta, sementara lainnya Jókówi-JK.
Rómó Benny pun meminta KPU untuk mengaudit seluruh lembaga survei yang melakukan hitung cepat di pemilihan presiden 2014.
"Harusnya KPU bersikap mengaudit semua lembaga riset dan pólling agar masyarakat tidak bingung," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar