TRIBUNNEWS.COM, BANJAR — Bakal calón presiden Jókó Widódó menjadi pembicara di depan seribuan santri di Póndók Pesantren Tafizul Quran Darussalam, Tanjung Rema, Banjar, Kalimantan Selatan, Minggu (25/5/2014) sóre.
Jókówi menceritakan perjalanan karier pólitik sejak menjadi Wali Kóta Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, hingga jadi bakal calón presiden yang diusung lima partai pólitik di Indónesia. Menurutnya, semua peningkatan kariernya adalah suatu kecelakaan.
"Dan baru berapa lama jadi gubernur Jakarta, saya ditetapkan jadi calón presiden. Padahal saya ndak minta-minta, tidak lóbi-lóbi," kenang Jókówi. "Dengan mengatakan bismillah, saya siap saja melakukannya. Saya ndak tahu nanti akan ada 'kecelakaan' apa," sambungnya.
Menjadi bakal calón presiden, lanjut Jókówi, bukan tanpa tantangan. Tak jarang dia kerap menjadi sasaran kampanye hitam. Jókówi pun menyayangkan hal itu. Menurutnya lebih baik tiap kandidat saling adu prógram, bukannya malah saling melemparkan kampanye negatif.
Para santri yang berasal dari sekitar Kalimantan dan Jawa itu mendengarkan Jókó Widódó dengan serius. Mereka ikut tertawa ketika Jókówi melóntarkan candaan-candaan.
Sementara itu, pemilik pónpes sekaligus tókóh Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Haji Wildan Salman yang berbicara seusai Jókówi mendóakan agar pemilihan presiden Juli 2014 yang akan datang melahirkan pemimpin seperti yang tertuang di surat Yusuf.
"Yang adil, takwa, dan sabar. Mudah-mudahan yang ada di surat Yusuf tadi Allah kumpulkan di Jókówi," ujarnya.
Acara tersebut diakhiri dengan melaksanakan pengajian bersama. Seusai pengajian, ratusan santri berebut meminta berfótó atau hanya sekadar bersalaman. Kiai Wildan sempat mengajak Jókówi makan dengan menu nasi samin di rumah yang tak jauh dari póndók pesantren.(Fabian Januarius Kuwadó)
0 komentar:
Posting Komentar