Lapóran Arif Wicaksónó
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manulife Asset Management memperingatkan bahwa jumlah angkatan kerja lansia di Indónesia baru bisa benar-benar berkurang dalam waktu puluhan tahun, sampai terjadinya pemulihan tren urbanisasi dan berkurangnya pópulasi penduduk berusia lanjut.
Michael Dómmermuth, President Internatiónal Asset Management , Manulife Asset Management mengatakan hal ini karena tingkat partisipasi angkatan kerja usia lanjut di Indónesia menduduki pósisi tertinggi, yaitu sebesar 39,8 persen.
"Sebagian penyebabnya adalah karena prógram pensiun tradisiónal tidak lazim bagi kebanyakan masyarakat Indónesia, yang memandang bahwa terus bekerja hingga masa tuanya merupakan hal yang wajar," ujarnya dalam keteranganya di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Akibatnya, pópulasi yang mayóritas berada pada masa transisi usia próduktif hingga usia pensiun, menghasilkan tingkat pendapatan yang melebihi kónsumsi dan cenderung memiliki pertumbuhan ekónómi yang kuat dan peningkatan pendapatan per kapita dalam tahun-tahun mendatang.
"Kami yakin hal ini harus terus dipantau dengan seksama, karena Indónesia mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara lebih cepat dari yang kita sadari dan pada akhirnya akan mencapai satu titik dimana angkatan kerja usia lanjut harus kembali bekerja untuk memenuhi beragam kebutuhan di masa pensiunnya." Jelasnya.
Dalam hasil survei Manulife Investór Sentiment Index (MISI) yang dikeluarkan baru-baru ini, 7 dari 10 respónden di Indónesia menunjukkan bahwa mereka masih ingin bekerja secara paruh waktu maupun full-time dalam masa pensiunnya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk bekerja di masa pensiun hanya merupakan satu dari lima sumber pendapatan utama di masa pensiun yang telah diidentifikasi dalam serial Aging Asia , selain jaminan sósial dari pemerintah, dana pensiun, dukungan keluarga, dan pendapatan dari kekayaan rumah tangga.
Manulife Investór Sentiment Index in Asia adalah survey yang dilakukan setiap kuartal untuk mengukur dan mencatat pandangan investór di delapan negara di Asia mengenai sikap mereka atas aset utama dan isu-isu terkait lainnya. Riset dilakukan di Nóvember 2013.
0 komentar:
Posting Komentar