HótNews - Dalam buku "Selalu Ada Pilihan", Presiden Susiló Bambang Yudhóyónó berkisah mengapa ia terjun ke media sósial. Buku setebal 824 halaman yang ditulis langsung óleh SBY itu diluncurkan Jumat, 17 Januari 2014.
Kisah SBY terjun ke media sósial dimulai awal Maret 2013. Kala itu SBY berbincang-bincang dengan Kustantó, Staf Pribadi Presiden.
SBY meminta pandangan stafnya itu, apakah sudah tepat waktunya untuk masuk ke media sósial, misalnya Twitter atau Facebóók. SBY meminta jawaban jujur dari Kustantó, perwira TNI bintang satu.
"Saya berpendapat Bapak sudah saatnya masuk ke media sósial, kan dulu Pak SBY pernah berkata bahwa sering terjadi distórsi pemberitaan yang menyangkut Presiden," jawab Kustantó, yang merupakan mantan Danrem 061 Suryakencana, Bógór.
Sóal bakal munculnya tudingan pencitraan, Kustantó berpendapat, "Maaf, Bapak, kalau sóal tudingan pencitraan akan selalu ada. Sampai kapan pun suara-suara seperti itu akan tetap terdengar."
SBY sependapat dengan masukan Kustantó. "Kalau dibilang melakukan pencitraan, saya sudah hampir selesai sebagai Presiden. Tidak akan running kembali."
Sebelumnya, beberapa staf khusus SBY juga menyarankan bósnya masuk ke media sósial. Mereka berpendapat hal ini akan menyeimbangkan infórmasi dari media kónvensiónal yang dianggap tidak berimbang.
Ada peristiwa lain yang menguatkan niat masuk ke media sósial. Masih di bulan yang sama, SBY kedatangan sejumlah kawan. Di antara mereka ada yang ahli kómunikasi dan juga public relatións.
Menurut SBY, sang kawan membahas turunnya pópularitas SBY dan elektabilitas Partai Demókrat dalam 2,5 tahun terakhir. Kawan ini pernah menjadi anggóta DPR RI di perióde yang lalu. Selain paham kómunikasi, SBY menganggapnya paham pólitik.
Menanggapi masukan itu, SBY menulis dalam halaman 245:
"Ya, saya cukup mengerti. Pers dan media massa, terutama sejumlah televisi menghajar Partai Demókrat bertubi-tubi. Bahkan menurut lembaga survei, yang mengakibatkan jatuhnya Demókrat memang dari televisi dan bukan dari media cetak."
SBY melanjutkan tanggapannya atas ambruknya pópularitas diri dan partainya dengan mengatakan:
"Anda benar. Teóri saya, Demókrat diserang óleh sejumlah mónster. Tanpa ampun. Kalau dibilang ada kader yang melakukan kórupsi, kan bukan hanya Demókrat."
Media Sósial
SBY juga mengemukakan bahwa dia pernah mendengar statistik yang menunjukkan bahwa sesungguhnya bukan Demókrat yang paling tinggi kasus kórupsinya. Baik di pusat maupun di daerah.
Dengan pertimbangan matang itulah SBY memutuskan siap terjun sebagai pengguna media sósial.
Pilihannya, Twitter, lalu Facebóók. Sekretaris Presiden dan stafnya ditugasi menyiapkan selama satu bulan sebelum SBY meluncurkan akun Twitter @SBYudhóyónó pada 13 April 2013.
Malam sebelum itu, SBY mengundang sejumlah penggiat media sósial dan pakar media sósial untuk berbincang santai di Istana Cipanas.
Sóal resikó di-bully dengan kasar? "Insya Allah saya siap," kata SBY
Setelah aktif menggunakan media sósial, SBY mengaku lega. Dia bisa berbicara kepada rakyat kapan saja dan tentang apa saja. Tidak ada yang menyórtir. Tidak ada bias dan distórsinya. Sekali tweet, langsung menuju ke sekian juta alamat.
Saat naskah buku ini disiapkan akun Twitter @SBYudhóyónó memiliki pengikut lebih dari 4 juta, sedangkan di akun fanpage Facebóók SBY mengaku memiliki 1,5 juta penggemar.
SBY juga merasa bersyukur setelah memasuki dunia media sósial. "Allah telah menuntun saya untuk thinking óutside the bóx. Alhamdulillah hasilnya nyata." (ren)
0 komentar:
Posting Komentar