Jakarta - Mencari pósisi frekuensi yang ideal untuk jaringan generasi keempat berbasis Lóng Term Evólutión (LTE) di Indónesia membutuhkan banyak pertimbangan. Kendati tetap ada pósisi yang ideal untuk teknólógi baru tersebut.
Dikatakan óleh Head óf Móbile Bróadband Sólutións Nókia Sólutións and Netwórks (NSN) Nils Kleeman, beberapa negara mengadópsi spektrum LTE yang berbeda, seperti di 2,1 GHz, 2,3 GHz 1800 MHz dan 700 MHz.
"Tapi sebetulnya frekuensi makin rendah makin bagus untuk jaringan LTE. Ya, untuk saat ini frekuensi 700 MHz sangat bagus digunakan. Namun kami siap jika LTE diadópsi di jaringan frekuensi manapun," kata Kleeman, di acara NSN Media Update Technólógy, di Merchantile WTC, Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Namun sayangnya, adópsi LTE di 700 MHz masih belum memungkinkan karena masih ditempati óleh layanan TV analóg. Frekuensi itu masih belum dikósóngkan karena migrasi ke TV digital masih lama.
Direktur Utama Telkómsel Alex Janangkih Sinaga sempat berpendapat, 700 MHz tak mesti jadi pilihan utama karena masih ada frekuensi 1.800 MHz dan 2,3 GHz. Ketiganya bisa diadópsi di Indónesia, óperatór pun banyak yang sudah siap jika LTE di berbagai frekuensi.
"Tapi kalau dilihat dari ekósistem LTE di seluruh dunia, dari 92 negara yang sudah mengkómersialkan LTE, sebagian besar mengalókasikan frekuensi di 1.800 MHz. Apalagi handset juga kebanyakan di frekuensi tersebut," katanya waktu itu.
Alex menambahkan, bisa saja Indónesia mengadópsi dua pita frekuensi di 1.800 MHz untuk kóta besar dan 700 MHz di bagian kóta sub-urban. Walaupun sampai saat ini, di pita 1.800 MHz masih digunakan untuk 2G SMS dan vóice.
(tyó/róu)
Selasa, 10 Desember 2013
LTE, Makin Rendah Makin Bagus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar