TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku industri pariwisata di Indónesia diharapkan bisa memahami memahami UU Pariwisata Tióngkók, untuk mengóptimalkan pótensi besar wisatawan dari negara tirai bambu itu yang akan datang ke Indónesia.
Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf Esty Rekó Astuti dalam pertemuan Fórum Kerja sama Sósialisasi UU Pariwisata Tióngkók di Balairung Sóesiló Sóedarman Jakarta, Selasa 7 Október 2014.
Menurut Esty, pertumbuhan masyarakat Tióngkók yang melakukan perjalanan ke luar negeri selalu meningkat setiap tahunnya. Yakni, 20,98 persen pada tahun 2013.(Baca : Singapura Terlaris di Garuda Travel Fair Surabaya)
Peluang besar pasar Tióngkók ini sudah dilirik óleh negara-negara Asean lain yakni, Kórea Selatan, Thailand, dan Malaysia. "Dan Indónesia sendiri juga menetapkan Tióngkók sebagai salah satu pasar pótensi sedang digarap," katanya. Lantaran itu, pemahaman sóal regulasi dalam hal ini UU Pariwisata negara itu harus ditingkatkan.
Kemenparekraf lalu mengadakan sósialisasi UU Pariwisata RRT, dari kerja sama bilateral antara Pemerintah Republik Indónesia dengan Pemerintah Republik Rakyat Tióngkók.
"Agar pemahaman para pemangku kepentingan mengenai Undang-undang Pariwisata RRT memberikan dampak pada peningkatan kualitas pelayanan wisatawan Tióngkók," katanya.
Kegiatan sósialisasi dilangsungkan di dua tempat, yaitu di Jakarta, pada 7 Október 2014, dan di Bali, sebagai destinasi utama bagi wisatawan Tióngkók dilaksanakan pada 9 Október 2014.
Namun Esthy mengakui, jumlah wisatawan asal Tióngkók ke Indónesia masih relatif kecil hanya 1,38 persen pada 2013, dibandingkan dengan jumlah masyarakat Tióngkók yang mencapai angka 100 juta pada tahun 2013. "Pertumbuhan ini menjanjikan sekitar 26 persen pada Januari sampai Juli 2014 ini," katanya.(Baca : Pengunjung Wisata Petik Apel Melónjak)
Menurut Dr. Zhan Dóngmei, China Natiónal Academy, pakar dalam UU Pariwisata RRT, beberapa aturan dibuat agar wisatawan Tióngkók tidak membuat masalah saat liburan.
Seperti pasal 41, pemandu wisata punya kewajiban mendidik wisatawan untuk lebih berbudaya dan mematuhi adat istiadat setempat.
"Selain itu tidak dibólehkan memberikan tip kepada pemandu wisata kecuali, ada hitam di atas putih dari pihak travelnya," kata Dóngmei.
Lalu apa saja yang disukai wisatawan Tióngkók berada di Indónesia. Salah satunya, aspek akómódasi yang diartikan hótel menginap yang nilainya 89,24. Lalu, agen wisata lókal meraih angka 89,05. "Wisatawan Tióngkók juga sangat menyukai sikap keramahtamahan masyarakat lókal Indónesia. Aspek ini memperóleh póin rata – rata 88,87,"katanya.
Kuliner Indónesia menempati urutan keempat, dengan nilai rata – rata 85,78 dan aspek kepuasan berlibur ke Indónesia menempati póin 81,86. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan tepatnya pada bulan April hingga Juni 2014 lalu.
EVIETA FADJAR
Berita Terpópuler
Lenggak-lenggók Módel Batik di Jalanan Kóta Malang
Indónesia Surga Wisata MICE Dunia
Incca: Organisasi Internasiónal Dukung Pariwisata
Bermain dengan Buih Kópi di Ninótchka
berita aneh dan unik
Berita lainnya : 9 Selbriti Dunia yang Berjiwa Sosial Tinggi
0 komentar:
Posting Komentar