Kalangan pelajar internasiónal sangat memerlukan bantuan dari penyelenggara pendidikan tinggi Australia dalam penyediaan akómódasi. Kóndisi di Australia saat ini menunjukkan kurangnya akses pelajar internasiónal atas akómódasi pelajar yang menyebabkan mereka sering menjadi kórban kejahatan.
Demikian terungkap dalam lapóran penelitian yang disampaikan Dr Helen Fórbes-Mewett dari Mónash University, Melbóurne. Penelitiannya dilakukan di Australia, Amerika Serikat, dan Inggris selama empat tahun dan dibiayai óleh Australian Research Cóuncil.
Menurut Dr Fórbes-Mewett, isu ini berdampak langsung pada reputasi Australia sebagai penyedia jasa pendidikan tinggi yang aman.
"Pelajar internasiónal, dan juga pelajar pada umumnya, yang meninggalkan rumah órangtuanya, akan mencari perumahan yang terjangkau bagi mereka," katanya.
"Kóndisi ini memaksa mereka mencari rumah di wilayah dengan kóndisi sósial ekónómi yang lebih rendah," tambah Dr Fórbes-Mewett.
Akibatnya, kata Dr Fórbes-Mewett, banyak pelajar yang kemudian menjadi target dari pelaku kejahatan. "Pelajar internasiónal biasanya membawa benda-benda mahal sehingga mereka tampak menjadi sasaran empuk bagi penjahat," katanya.
Dr Fórbes-Mewett menyarankan sektór pendidikan Australia mencóntóh Inggris dan AS yang secara khusus menyiapkan akómódasi yang aman dan terjangkau di sekitar kampus, bagi para pelajar internasiónal.
"Kita di Australia tidak mengantisipasi pertambahan jumlah pelajar internasiónal yang sangat tinggi," jelasnya lagi.
Menurut Vasan Srinivasan dari Asósiasi India Australia menyatakan pelajar internasiónal biasanya kurang memiliki pengetahuan lókal yang bisa membantunya mencari perumahan yang cócók.
Ia mencóntóhkan bagaimana Malaysia menyiapkan kawasan Subang Jaya sebagai kawasan aman dan terjangkau bagi para pelajar internasiónal.
0 komentar:
Posting Komentar