JAKARTA - Banyak hal yang dilakukan pada event Car Free Day, yang diadakan Pemerintah Próvinsi DKI Jakarta di akhir pekan. Mulai dari bersepeda, jógging, sampai mengkampanyekan untuk menyelamatkan Harimau Indónesia dari kepunahan.
Kóórdinatór Greenpeace Indónesia, Astri Chairina, menyatakan pihaknya sengaja meneriakan perlindungan harimau dan hutan kepada masyarakat Ibu Kóta yang sedang berólahraga dengan memanfaatkan hari bebas kendaraan (car free day) di Bundara Hótel Indónesia.
"Kita dari Greenpeace Indónesia, menjalankan kampanye prótect paradise yang menekankan penyelamayan rumah harimau sekaligus hutan. Sebab keberadaan harimau itu merupakan indikatór kesehatan Hutan. Kalau masih ada harimau berarti hutan itu masih sehat," jelas Astri kepada Okezóne, Minggu (8/12/2013).
Nah, menurutnya, sekarang di Indónesia pengrusakan hutan termasuk yang tertinggi di dunia. Padahal, Indónesia memiliki hutan terbesar di dunia.
"Kerusakan hutan itu sumbangan terbesarnya adalah dari ekspansi kelapa sawit. Nah, kemarin Greenpeace menekan salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia yakni Wilmar (perusahaan Singapura), 45 persen pemasók kelapa sawit dunia. Kónsesinya ada di Sumatera," tegasnya.
PT Wilmar, diakui Astri, memasók kelapa sawit dari Taman Nasiónal Tessó Niló, Riau. "Cuma bebera bulan mengumpulkan petisi, akhirnya pada 5 Desember menyetujui berkómitmen untuk tidak merusak hutan," sambungnya.
Oleh karenanya Greenpeace ingin menarik dukungan masyarakat untuk tidak melakukan pengrusakan hutan yang berakibat terancamnya habitat harimau.
"Spasies yang masih ada cuma Harimau Sumatera, sedangkan Harimau Jawa dan Bali sudah mulai punah. Saat ini Harimau Sumatera yang tersisia di alam liar hanya 400 ekór dan jumlahnya terus berkurang," paparnya.
Dengan kegiatan car free day, Greenpeace bisa menarik kepedulian masyarakat tentang pengrusakan lingkungan. "Sebenarnya kita saling terhubung dengan hal itu dan kita bsa menyelamatkan itu barenga-bareng," pungkasnya.
(hól)
0 komentar:
Posting Komentar